Mohon tunggu...
Rachmawaty ST MBA MIFP
Rachmawaty ST MBA MIFP Mohon Tunggu... Guru - Dosen

Dosen Universitas Pamulang dan Institute TAZKIA, saat ini S3 di Doktor Ilmu Manajemen Universitas Pasundan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fenomena Pergerakan Harga Saham di Masa Pandemi, Perspektif Investor Pemula dalam Pandangan Ilmu Filsafat

1 April 2021   08:33 Diperbarui: 1 April 2021   08:48 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pandemi sejak diumumkan Maret 2020 berdampak kepada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih volatile, jumlah investor pemula justru mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia 29 Desember 2020, investor ritel pemula mencapai 3,87 juta investor,meningkat hingga 56 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan signifikan tersebut disebabkan investor pemula tertarik akan profit besar dimana harga saham saat pandemik diobral murah IHSG semula diatas 5000 turun hampir ke 4000 dan memulai membaik  akhir 2020. 

Membeli saham di harga murah kemudian menjual mahal dalam waktu relative singkat, sementara usaha saat pandemik cenderung tidak menghasilkan, maka pilihan bermain saham adalah magnet bagi banyak orang. Magnet tersebut diramaikan dengan influencer seperti Ustad Yusuf Mansur, Kaesang, Raffi Ahmad dan Ari Lasso. Para influencer tersebut menggugah pengalamannya mendapatkan untung besar di pasar modal di akun Instagram masing-masing. 

Melalui Instastory-nya, Raffi menginformasikan portofolionya di saham telah menghasilkan keuntungan  20-30% dalam waktu 2minggu. Kisah sukses tersebut tidak sepenuhnya menjadi milik para investor ritel pemula yang menjadi follower. CNN pada 21 Januari 2021 melaporkan "Jagat media sosial diramaikan oleh keluhan investor pemula yang rugi dan menjadi bertambah rugi karena modal investasinya menggunakan utang".

Dalam ilmu filsafat, adanya suatu fenomena volatile harga saham yang dimanfaatkan sejumlah investor pemula untuk mencari keuntungan tanpa mengkaji terlebih dahulu kebenaran dan hanya mengikuti pengaruh orang lain merupakan suatu pengabaian atas hakiki kelebihan manusia untuk berpikir dan bertanggung jawab sebagai pemimpin atas dirinya sendiri (bukan follower). 

Kesalahan konsep dasar tersebut dapat dikaji dari penerapan Ilmu Filsafat yang memiliki struktur berpikir yang dimulai dengan Ontologis yaitu kemampuan untuk bertanya mengenai "Apa", Epistemologi ilmu tentang bertanya "Bagaimana" dan Aksiologis mengenai Ilmu tentang bertanya "Untuk Apa".

Ontologis, kemampuan para investor pemula untuk mengetahui apa itu saham, suatu produk keuangan yang memiliki peluang untung besar namun juga beresiko besar. Membeli saham berarti investor sama saja membeli bagian dari perusahaan tersebut, dimana mempelajari sustainability usaha dan laporan keuangan sebagai fundamental analysis dan mengkaji secara statistik grafik pergerakan saham atau disebut technical analysis.

Epistemologi, kemampuan investor untuk mengetahui bagaimana melakukan investasi atau trading di bursa saham. Dimulai dari pemilihan perusahaan sekuritas yang memiliki legalitas dan aplikasi trading saham yang mudah dimengerti. Mengerti bagaimana jual beli saham dan menggunakannya secara bijak, antara lain mengetahui bahwa dapat membeli saham dengan dana fasilitas yang ditalangi terlebih dahulu oleh perusahaan sekuritas, namun harus diingat dana fasilitas tersebut sudah harus ditransfer oleh investor sebelum jatuh tempo atau 2 hari setelah transaksi karena jika tidak ada transfer maka perusahaan sekuritas akan memberlakukan force sell yaitu jual paksa saham diharga yang murah. Selain hal tersebut investor juga harus mengetahui bahwa uang yang diperoleh dari penjualan saham akan effektif di rekening tabungan setelah minimal 2 hari kerja sejak transaksi penjualan.

Aksiologi, kemampuan investor untuk mengetahui untuk apa membeli saham, apakah sebagai produk investasi jangka panjang atau hanya sebagai trading/ jual beli jangka pendek. Tentunya tujuan untuk apa membeli saham akan mempengaruhi keputusan investor dalam bertransaksi jual beli saham dan alokasi uang yang digunakan.

Dengan menerapkan sistematika dalam berpikir menggunakan ilmu filsafat diharapkan investor memperoleh pengetahuan yang sebenar-benarnya dalam berinvestasi atau ber-trading saham dalam masa pandemic atau masa booming ekonomi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun