Mohon tunggu...
Rachmawan Deddy
Rachmawan Deddy Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional

Sarjana Pertanian yang berladang kata-kata. Penulis buku Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sedari 40 Tahun Lalu Mereka Membelah Sungai

5 September 2011   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi orang Jambi dan Melayu lagu ini sudah sangat akrab.

Batanghari aeknyo tenang
Sungguh pun tenang deras ke tepi
Anak Jambi jangan dikenang
Kalau dikenang merusak hati

Belakangan, lirik itu diplesetkan untuk berseloroh. Menyindir orang Jambi yang tak bisa berenang. Maka jadilah bunyinya, “Anak Jambi dak biso berenang, sekali berenang dak muncul lagi”.

Kota Jambi sebagai Ibukota Provinsi Jambi dibelah oleh Sungai Batanghari yang merupakan sungai terpanjang di Sumatera. Sungai ini melewati sedikitnya lima kabupaten di Jambi.

Dan, sungai inilah yang menjadi magnet bagi sejumlah penyuka renang. Mereka bukan sekadar perenang biasa. Disebut tak biasa, karena mereka merutinkan diri berenang membelah arus Batanghari yang deras.

Tak ada nama khusus bagi komunitas ini. Yang pasti komunitas ini telah ada sejak 40 tahun lalu. Hampir sejak setengah abad lalu mereka berenang di sungai yang kini terus mengalami pendangkalan tersebut.

"Sudah sekitar 40 tahun saya berenang di sini (Sungai Batanghari)," ujar Candra, seorang anggota komunitas ini seperti disitat dari tribun jambi.

Komunitas ini terbilang unik. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang sudah berumur dan warga keturunan Tionghoa. Bahkan, Candra sudah menginjak usia 72 tahun. Usia yang biasanya tak lagi menghasilkan energi lebih, terlebih untuk menyebrangi Sungai Batanghari.

Tapi bagi Candra dan temannya, derasnya arus bukanlah penghalang. Setidaknya butuh waktu 45 menit bagi mereka untuk tiba antara satu tepi ke tepi lain. Biasanya mereka memilih tepi sungai yang berada di kawasan wisata Ancol atau di depan rumah dinas Gubernur Jambi untuk nantinya menuju tepi sungai di kawasan Seberang.

Menurut Candra dulu mereka melakukan hobinya di Danau Sipin. Namun danau yang kerap surut membuat mereka memilih menjajal Sungai Batanghari.
Sayang, hobi mereka harus bertarung dengan kotornya sungai Batanghari. Sungai yang belum diberdayakan maksimal ini memang kerap kotor. Kawasan Ancol atau Tanggo Rajo yang menawarkan kuliner khas jagung bakar ikut menjadi penyebab, karena ada pengunjung yang tak peduli dengan lingkungan.

*Melihat penggalan aksi komunitas ini ada di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun