Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Berkat Usaha Susu Sapi, Anak Betawi Banyak yang Sarjana

20 Juli 2016   13:23 Diperbarui: 4 April 2017   16:29 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - peternak sapi perah. (Kompas.com)

Hingga sekitar tahun 80-an, jangan heran bila di Jakarta, susu segar dipasok langsung dari Jakarta. Bukan dari Lembang ataupun dari kawasan lain di luar Jakarta. Selain di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, salah satu kawasan penghasil susu sapi segar adalah Kemang dan Mampang, semuanya di Jakarta Selatan.

Namun, selain kawasan tersebut di atas, ada beberapa tempat lainnya di Jakarta yang mengelola usaha peternakan sapi perah. Condet di Jakarta Timur, misalnya, kawasan ini adalah sentra penghasil susu sapi segar di Jakarta Timur. Menariknya usaha peternakan sapi perah di Jakarta, dikelola dan dikembangkan oleh etnis Betawi. Mungkin lantaran tidak ada pendatang dari etnis lainnya yang memilii tanah dan pekarangan yang luas dan lebar di belakang rumahnya sebagai syarat pengusahaan sapi perah. Saat itu boleh dibilang hampir mayoritas orang tua Betawi berprofesi sebagai peternak sapi. Maka, dengan modal 2 (dua) ekor sapi paling sedikit, jadilah mereka berprofesi sebagai peternak sapi. Peternak dalam hal ini yakni pemerah susu sapi. Meski profesi sebagai peternak sapi perah banyak dilakoni oleh orang betawi di tahun 80-an, namun ada juga dari mereka yang berprofesi sebagai perkebun, dalam arti menjual hasil kebun yang tersebar di tanah-tanah meraka, seperti buah-buahan langsung ke pasar.

Boleh jadi usaha susu sapi perah ini menjadi mata pencarian pokok bagi etnis betawi di sekitaran Mampang dan Kemang lantaran saat itu untuk penyediaan pakan sapi sangat mudah didapat. Rumput tersebar di mana-mana. Kalaupun harus beli, harganya pun sangat terjangkau. Dari usaha per-susu-an inilah keluarga Betawi dapat menyekolahkan anaknya hingga menjadi tukang insinyur, dokter, dan guru ngaji. Bahkan mampu membiayai anak-anaknya untuk sekolah agama ke luar negeri, ke Cairo, Mesir.

Waktu itu, sejak zamannya Bung Karno, beberapa familiku, pernah terlibat dan menekuni profesi sebagai petenak sapi perah. Aku masih ingat, dulu, saat usiaku sekolah dasar sering ngintilin (ikut) encang-ku mengantarkan susu ke pelanggannya. Tak hanya itu, aku juga sering diajak mencari rumput sebagai pakan untuk sapi-sapinya. Dengan mobil kijang bak terbuka type doyok-nya, Ncang-ku, Haji Madamin (nama beken dari dari Haji Muhammad Amin) membeli rumput di kawasan sekitar Warung Buncit. Berkah dari bisnis susu sapi perah ini memang luar biasa. Ncang-ku ini anaknya 8 orang, semuanya disekolahkan hingga menjadi tukang sarjana, hanya dengan mengandalkan bisnis susu sapi perahnya. Encangku yang lain pun demikian. Ncang Naseh namanya, anaknya juga banyak, bererod kayak bebek. Semuanya disekolahkan hingga jadi ‘orang’ hanya dengan lantaran sapi.

Untuk pemasarannya sendiri, biasanya para peternak sapi perah memasarkan susu segarnya ke arah utara ke kawasan Menteng, Jakarta Pusat, yang banyak didiami oleh para orang kaya, berpangkat, dan para pejabat. Untuk mengantarkan susu-susu itu, mereka, para pemerah susu biasanya bersepeda beriringan di pagi buta, selepas subuh saat matahari belum muncul. Mereka bersepeda dari rumahnya di Kemang menyusuri jalan Mampang Raya, Rasuna Said (Kuningan) hingga naik menyebrang menuju kawasan Menteng. Selain ke Menteng, pelanggannya tersebar hingga ke Pasar Kebayoran Lama.

Aktivitas memerah susu dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pagi-pagi sekali, dini hari, saat azan subuh belum berkumandang. Selepas subuh, susu segar itu langsung diantar kepada para pelanggan. Pemerahan kedua biasanya dilakukan menjelang asar, sekira jam 3 sore. Selepas Ashar, susu segar itu langsung dikirim ke pelanggan atau bisa juga ke penampung atau koperasi. Koperasi ini lokasinya di kawasan tebet, di Jalan Saharjo.

Hingga sekitar akhir 2010-an di Condet, misalnya masih ditemukan 1, 2 peternak sapi perah. Namun Seiring perkembangan jaman –entah mengapa—usaha peternakan sapi itu terhenti. Areal bekas kandang sapi-nya sendiri berubah menjadi rumah petakan untuk disewakan kepada para pendatang. Salah satu penyebab banting setirnya para peternak sapi perah menjadi juragan kost-kost-an adalah makin sulitnya mendapatkan pakan ternak berupa rumput segar. Kalaupun ada, rumput-rumput itu didatangkan dari luar Jakarta, dan tentu dengan biaya mahal. Di samping itu, faktor lainnya adalah ketiadaan penerus pengganti orang tua yang meneruskan usaha pemerahan ini. Maklum saja, anak muda Betawi, selepas jadi tukang insinyur dan sarjana, gengsinya lebih tinggi, mereka lebih memilih kerja di kantoran jadi ‘orang berpangkat’ ketimbang harus berpeluh dengan keringat dan kotoran sapi.

Usaha pemerahan sapi di wilayah Kuningan telah lebih dulu bangkrut. Bangkrut lantaran tata kota mengharuskan di kawasan itu terlarang untuk pemukiman penduduk marginal betawi dengan usaha peternakannya. Dalam Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan itu harus disulap menjadi areal perkantoran dan bisnis. Kemang pun menyusul wafat. Tak ada tersisa peternak sapi di kawasan elite Jakarta ini. Di Kampung Kebon dan Pedurenan (keduanya di Kemang) misalnya, para peternaknya sudah menyulap lahan tempat beternak sapinya menjadi perumahan mewah dan kost-kost-an. Nafkah dan mata pencarian warga asli betawi di Kemang berubah dari bisnis perah sapi menjadi juragan kost-kost-an atau properti. Beruntung, di Kelurahan Tegal Parang, Mampang masih ada satu dua peternak sapi, namun itu tinggal menunggu waktu, menunggu untuk mati secara perlahan.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun