Mohon tunggu...
Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Mohon Tunggu... Penulis - Tinggal di Bogor

Peminat Sosial Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Literasi Media di Era Post Truth

21 Mei 2022   23:16 Diperbarui: 21 Mei 2022   23:26 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah dengar istilah Post Truth? Apa hubungannya dengan Literasi Media? 

Sekitar tigapuluh tahun silam, tepatnya di tahun 1992, Steve Tesih memperkenalkan istilah Post Truth dalam tulisannya  "The Government of Lies" yang dimuat dalam majalah The Nation. Penulisan topik tersebut berkaitan dengan kondisi perang Teluk dan Iran.  Isu Post Truth ini kemudian diangkat lagi oleh Ralph Keys bersama dengan Stephen Colber  seorang komedian pada tahun 2004 dengan menulis artikel berjudul "Truthiness".  Di tahun 2016, istilah Post Truth menjadi word of the year pada kamus Oxford.

Apakah itu Post Truth?

Pada kamus Oxford, istilah Post Truth didefinisikan sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh teradap pembentukan opini masyarakat dibandingkan dengan emosi dan keyakinan personal. Mengutip ruangguru.com, makna dari kata Post Truth itu merujuk kepada sesuatu  yang seolah-olah benar padahal tidak benar sama sekali.

 Secara simpel Post Truth diartikan sebagai kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran.  Ada pepatah "kebohongan yang diceritakan satu kali adalah kebohongan, tapi kebohongan yang diceritakan ribuan kali akan menjadi kebenaran". Bagaimana cara mengubah kebohongan menjadi seolah-olah kebenaran, hal itu dilakukan dengan  memainkan emosi dan perasaan.

Di era Post Truth,  orang tidak lagi mencari kebenaran dan fakta melainkan afirmasi dan konfirmasi dan dukungan atas keyakinan yang dimilikinya. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya berita hoax.

Banyaknya muncul berita hoax itu menyebabkan kesimpangsiuran informasi. Kita jadi susah memilah,  mana fakta dan bukan fakta. Hal itu  membuat kita ragu.

Munculnya era Post Truth itu membahayakan, karena kita disuguhi  berita dan informasi yang seolah-olah benar adanya. Padahal berita itu tidak faktual, tetapi lebih diwarnai konten yang menggiring pembaca untuk mempercayai informasi yang ada.

Bahaya lainnya  dari Post Truth itu, adalah kerja sama dengan filter bubble.  Filter bubble  yaitu algoritma yang dibuat oleh media sosial dimana kita disuguhkan informasi sesuai dengan yang kita suka saja. Artinya jika kita suka dengan informasi yang disebarkan dalam media sosial, padahal itu hoax maka selanjutnya media sosial akan terus mengirimkan berita lainnya yang sifatnya juga hoax.

Dengan seringnya membaca berita hoax seperti itu, kedepannya akan membentuk mindset di pikiran pembaca seolah-olah berita yang dibacanya itu benar adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun