Mohon tunggu...
Rachmat Galuh Septyadhi
Rachmat Galuh Septyadhi Mohon Tunggu... -

Bersenang senang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surprise Terakhir dari Tuhan

8 April 2011   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:01 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selasa itu adalah hari yang indah bagi Monroe. Tubuhnya nampak begitu penuh semangat, wajahnya selalu sumringah. Permohonan cutinya diterima. Dia baru saja memiliki rumah baru di Kanada dan hendak berlibur ke sana. Rekan rekannya menyambut hangat mengucapkan selamat. Dia sangat bahagia. Namun sayang, kebahagiaan itu mendadak berubah. Dia melihat sesuatu di jendela kantornya yang tampak tidak wajar. Sebuah benda yang akan mengakhiri hidupnya selama lamanya. Sosok wajah peneror di balik kaca.

Pukul 8:45 pada tanggal 11 September 2001 adalah menjadi saksi tindakan terorisme di dunia. World Trade Center dihantam sebuah pesawat yang menyebabkan ratusan orang terjebak didalam gedung yang terbakar. Frustasi karena kepanasan, puluhan orang lebih memilih terjun bebas dari ketinggian gedung yang lebih dari 400 meter itu. Tak ada yang menolong saat itu. Api terus membesar dan semakin banyak teriakan meminta bantuan.

Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara pesawat yang semakin kencang. Sebuah pesawat menubruk gedung kembarannya. Dua gedung tertinggi di dunia itu kini menjadi dua menara berapi. Tak lama berselang, kedua gedung tower tersebut roboh bersisakan abu. Tak ada tawa saat itu. Hanya ada tangis dan jeritan histeris. Semua orang ingat tuhan. Semua orang menyebut kalimat tuhan.

Itulah kematian yang datangnya unpredictable. Karena jika kematian itu datangnya predictable, maka seharusnya bukan seperti ini ceritanya. Seharusnya hari itu WTC tutup karena diketahui akan ada serangan terorisme. Dan tentunya jika para teroris tahu gedung tersebut ternyata disterilkan, lantas untuk apa para pembajak pesawat itu harus mati konyol? tentu mereka akan membatalkan penerbangan. Dan jika itu semua terjadi, tidak ada lagi istilah tragedi 11/9. Tidak ada lagi investigasi Amerika ke negara negara timur tengah.

Jadi bagaimana datangnya mati, pasti terjadi secara tiba tiba, membuat kita kaget dan sedikitpun tidak pernah kita sangka. Kalaupun tidak mati, pasti penyebab kematian itu yang datangnya tiba tiba misalnya mendadak sakit diabetes, mendadak dehidrasi, mendadak demam berdarah , tiba tiba kecelakaan, tiba tiba ditabrak orang, atau yang lainnya yang kesemuanya mengarah kematian. Kalaupun berhati hati menjaga diri, toh kesalahan orang lain bisa membuat kita celaka kan?

Semua makhluk hidup di dunia ini pasti akan mati. Kita semua sedang mengantri di dalam barisan antrian. Saat ini, ada orang yang sedang tepat di depan loket, berhadapan dengan penjaga loket, ada yang sudah melintasi loket, ada yang sedikit lagi masuk ke loket, ada yang masih jauh, ada yang masih sangat jauh. Namun semua tidak ada yang tahu posisinya masing masing di dalam antrian itu. Apalagi merubah mundur ataupun menyelak maju.

Apakah hasil dari mengantri ini berakhir sia sia? Tidak. Ada alasan mengapa kita mengantri. Ada sesuatu di belakang loket sana. Sebuah proses penghisapan amal yang pasti kita lalui juga.

Investasinya adalah saat ini, selama kita bernafas, selama kita bergerak dan beraktifitas. Sebelum mati tiba. Masihkah menunda nunda bertaubat? Masihkan menunda nunda beramal baik? Itu terserah Anda. Tuhan hanya mau terima jadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun