Berbagai Sudut Pandang
Memang, tidak semua buah pikiran dari penulis novel terdahulu yaitu Pramoedya Ananta Toer divisualisasikan di dalam sebuah filmnya.Â
Akan tetapi, Bumi Manusia versi layar lebar cukup baik dalam memaparkan dalam segi cerita. Tidak begitu terburu-buru plus dengan latar belakang masa lalu. Satu hal yang sebenarnya sudah biasa dilakukan Hanung Bramantyo ketika membuat film.
Jadi, jika temen temen bicara soal alur cerita dan plot, film ini terasa baik-baik saja. Hanya saja untuk beberapa bagian film, terasa lambat dan mungkin akan memunculkan rasa bosan dan temen temen secara tidak sadar akan menguap.Â
Meskipun cukup baik dalam mengemas sebuah cerita, namun terdapat sudut pandang lain yang bisa dilihat dari film Bumi Manusia. Pemilihan bahasa akan menjadi bagian yang sangat bisa dinikmati di dalam film ini.
Dialog-dialog menggunakan kombinasi antara bahasa Jawa dan Belanda diselingi dengan berbagai dialog-dialog romantis dari mengucapkan tulisan-tulisan Pram menjadi sisi lain dari film ini. Secara tidak sadar, pengaruh Iqbaal Ramadhan sebagai Minke mampu menarik perhatian penonton.
Kali ini ia tak bergaya remaja ala '90-an. Namun seorang anak muda yang hidup di masa lalu. Berjuang melalui pikiran dan bukan lagi dengan rayuan-rayuan gombalnya yang menye menye. Meskipun begitu film ini masih relevan dengan kehidupan di masa kini.
Kharisma Para Pemeran
Iqbaal memang memiliki daya tariknya sendiri. Namun,ada satu pemeran lain yang bisa mencuri perhatian. Ia adalah Sha Ine Febriyanti yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh.