Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran dari Menunda Kesenangan

21 Mei 2010   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(KompasianaBaru-Jakarta) Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh bila seseorang dapat menunda kesenangannya, karena seseorang yang dapat menunda kesenangannya akan sukses pada suatu hari nanti. Salah seorang sahabat mengirimkan sebuah email dan memberitahukan tentang masalah menunda kesenangan tersebut dan banyak pelajaran baik yang akan kita peroleh.

Bagaimana cara sederhana untuk mengetahui potensi kesuksesan seseorang? Salah satu cara terbaik untuk mengetahui hal ini adalah dengan menguji kemampuan orang tersebut dalam menunda kesenangan (delay gratification) . Mungkin Anda pernah mendengar eksperimen Marshmallow yang terkenal pada 1960-an, dilakukan oleh seorang psikolog terkenal dari Yale University, Walter Mischel, caranya adalah dengan menaruh beberapa orang anak di dalam ruangan eksperimen.

Saat itu, berkotak-kotak marshmallow (sejenis permen) ditaruh di depan mereka. Anak-anak ini dijanjikan akan diberikan marsmallow yang lebih banyak kalau mereka bisa menahan dirinya. Setelah itu, anak tersebut pun ditinggal. Lantas, tanpa sepetahuan mereka, mereka pun mulai diawasi. Ternyata, ada beberapa anak yang tidak sanggup menahan diri untuk langsung memakan masrhmallow di depan mereka. Ada pula beberapa anak yang sanggup untuk menahan dirinya. Akhirnya, anak yang bisa menahan diripun mendapatkan marsmallow yang lebih banyak.

Namun, penelitian tersebut tidak hanya berakhir di situ. Anak-anak yang ikut dalam eksperimen ini pun kemudian terus diikuti perkembangan mereka hingga 14 tahun kemudian. Ternyata, ketika memasuki usia dewasa, terdapat perbedaan besar di antara mereka dalam hal studi dan karier mereka. Anak-anak yang sanggup menahan diri mereka, ternyata lebih berhasil dalam studi mereka, dibandingkan dengan anak yang tidak sanggup menahan diri mereka. Bahkan, anak-anak yang sanggup menunda kesenangannya, skor nilai tes SAT (sejenis ujian tertulis) mereka lebih tinggi sekitar 210 poin.

Bukan hanya itu saja. Anak yang mampu menunda kesenangan ini pun, menunjukkan sifat-sifat yang lebih positif, misalkan lebih optimistis, lebih kompetens, lebih tidak mudah merasa iri hati, serta lebih mandiri. Kemampuan ini pun akhirnya sebenarnya bukan hanya bersifat mental, melainkan juga dapat dikaitkan dengan upaya kita untuk mengelola keuangan dan cara kita menjadi orang yang sukses secara finansial.

Dengan mengacu kepada eksperimen Marsmallow, sebenarnya ada beberapa pelajaran penting terkait dengan manajemen keuangan yang efektif yang bisa kita petik. Minimal ada enam pelajaran penting yang bisa kita dapatkan. Bahkan, seorang penasihat keuangan keluarga, Jan Smith pun pernah mengaitkan marsmallow test dengan keberhasilan keluarga dalam mengelola keuangannya.

Pertama, pelajaran "Jangan habiskan sekarang. Tabunglah untuk besok". Dalam marsmallow test tersebut, anak-anak yang bisa mengendalikan dan menahan dirinya, akhirnya bisa menikmati marsmallow yang lebih banyak setelah mereka sanggup menahan dirinya.

Pengalaman ini akhirnya membawa kita kepada nasihat yang sering kali kita terima pada masa kecil kita. "Ayo menabung untuk nanti. Jangan habiskan sekarang!". Hal ini menunjukan kepada kita kenyataan banyaknya pekerja yang setelah bekerja sekian lama, masih tetap miskin dan tidak mampu memiliki apa pun dalam hidupnya dikarenakan semua uang yang mereka dapatkan, langsung habis dibelanjakan. Mereka ini akhirnya mirip seperti anak-anak yang tidak sanggup menahan diri untuk makan permennya sekarang, tetapi kelak kemudian, mereka tidak bisa lagi menikmati permen yang lebih banyak karena sudah dihabiskan.

Kedua, pelajaran "Hindarilah permennya, kalau kamu tidak ingin tergoda". Begitu pula, dalam manajemen keuangan. Ketika memang kita tidak punya uang dan tidak bisa membelanjakan banyak hal, sebaiknya kita menghindari diri dari tempat-tempat yang menggoda kita untuk mengeluarkan uang kita. Sama seperti halnya anak-anak tersebut mungkin tidak akan tergoda kalau tidak ada permen marsmallow di depan mereka, begitu pula dalam manajemen keuangan kita. Intinya, kalau memang sedang tidak mempunyai uang dan dana sedang terbatas, menjauhlah dari tempat-tempat seperti pusat perbelanjaan ataupun toko-toko kesayangan Anda yang bisa membujuk Anda untuk mengeluarkan uang yang tidak Anda duga.

Ketiga, pelajaran "Tundalah dan nikmati kebahagiaan yang lebih besar". Dalam eksperimen Marsmallow tersebut, beberapa anak bahkan hanya berani mengigit-gigit mejanya, dan menahan dirinya sampai jam eksperimennya selesai. Mereka membayangkan bisa menikmati marsmallow yang lebik banyak sambil berusaha menahan dirinya. Demikian pula, dalam manajemen keuangan kita. Pernahkah kita akhirnya memakan sesuatu yang masih panas karena tidak sanggup menahan godaan untuk menikmati makanan itu. Akhirnya bukan saja kita tidak menikmati makanan tersebut, tetapi lidah dan mulut kita pun jadi terbakar gara-gara ketidakmampuan kita untuk menahan diri. Dengan pelajaran ini, kita pun belajar bahwa dengan belajar kesanggupan menahan diri untuk tidak buru-buru mendapatkan apa yang kita inginkan, maka kita tidak akan 'terbakar' gara-gara kartu kredit ataupun utang yang menunggu dilunasi.

Bahkan, salah seorang teman melaporkan bahwa dia begitu menginginkan jenis HandPhone (HP) tertentu tetapi harganya terlalu mahal baginya. Akhirnya, dia pun berusaha menunda. Justru, dengan beberapa bulan menunda, menyebabkan harga ponsel akhirnya jatuh drastis yang akhirnya memungkinkan dia membelinya dengan harga yang relatif lebih murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun