Mohon tunggu...
Rachmat Hendayana
Rachmat Hendayana Mohon Tunggu... Penulis - Suka kegiatan tulis- menulis.

Tinggal di Bogor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balada Pensiunan di Era Pandemi Covid-19

21 Juli 2020   00:35 Diperbarui: 21 Juli 2020   00:32 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

N - Niat usaha tinggi, kemampuan tidak ada; 

A -- Anak-anak sudah berpencar; 

N -- Nimang  (momong) cucu.

Itulah yang menjadi penyebab banyak pegawai yang merasa galau, cemas atau takut dengan masa-masa pensiun. Kecemasan yang menghantui masa pensiun itu adalah hal yang wajar, karena dipengaruhi perasaan tidak berdaya.

Orang yang mengalami kecemasan itu menurut Supratiknya dalam bukunya berjudul "Mengenal Perilaku Abnormal" menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

Orang yang cemas, akan merasa tegang, was-was dan resah yang sifatnya tidak menentu. Ia menjadi peka dan mudah tersinggung dalam pergaulan. Secara tidak sadar ia akan menarik diri dari pergaulan karena sering merasa tidak mampu, minder, depresi dan serba salah. Ciri berikutnya, orang yang cemas akan sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan, karena takut salah.

Responsnya lamban, terkadang melakukan tindakan yang berlebihan dan sering melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu seperti misalnya geleng-geleng kepala, mematah-matahkan kuku jari, dan lain sebagainya.

Orang yagn cemas itu juga akan mengalami ketegangan ototnya (khususnya pada leher dan sekitar bagian atas bahu), diare ringan, sering buang air kecil dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk, kemudian mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.

Ia sering berdebar-debar tanpa sebab yang jelas dan tekanan darahnya tinggi, sering mengalami gangguan pernafasan dan sering mengalami "anxiety attacks" atau tiba-tiba cemas tanpa ada sebab pemicunya yang jelas. Kecemasan seorang pensiunan juga sering kita jumpai pada orang-orang yang mengalami post power syndrome (PPS).

PPS, umumnya dijumpai pada seseorang yang ketika aktif bekerja memiliki posisi penting sebagai "bos" di tempat pekerjaannya. Sebagai "bos", tentu banyak dukungan fasilitas dan layanan yang diterimanya. Ketika pensiun, semua itu berubah. Fasilitas  yang selama aktif bekerja diterimanya, hilang. Demikian juga anak buah yang biasa memberikan layanan, tidak lagi respek. Jadilah ia hidup dengan penuh "halusinasi".  

Beberapa orang karyawan juga mengalami keresahan karena ia tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah pensiun. Banyak pensiunan yang merasa kehilangan rekan-rekan kerja yang dahulu ketemu setiap hari, sekarang tidak lagi ketemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun