Mohon tunggu...
Rachel Fitria
Rachel Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - Research Leader

Mengamini Quote nya Mahatma Gandhi "Satisfaction lies in the effort, not in the attainment, full effort is full victory". Selalu jatuh cinta dengan dunia Biologi dan travelling. Memimpikan 'bermain' dengan anak-anak di pelosok negeri. rachelfithree.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluarga sebagai Wahana Revolusi Mental

25 Agustus 2015   15:20 Diperbarui: 25 Agustus 2015   15:20 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga....”, begitu bunyi penggalan lagu yang liriknya diciptakan Arswendo Atmowiloto yang berjudul “Harta yang paling Berharga”. Tulisan ini tidak akan membahas mengenai sinetron Keluarga Cemara, tayangan bertema keluarga yang dulu ngehits dan bahkan sampai sekarang masih dirindukan itu. Namun hanya ingin menunjukkan bahwa penggalan lagu tersebut menggambarkan betapa keluarga merupakan pilar dan wadah untuk bertumbuh dan berkembang, penyemaian karakter bangsa.

Revolusi mental yang digaungkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, disambut baik oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) karena salah satu misinya ialah Pembangunan Keluarga. Revolusi mental berbasis keluarga harus menjalankan delapan fungsi keluarga, yaitu fungsi pendidikan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, agama, ekonomi, lingkungan serta sosial dan budaya. Penerapan revolusi mental dalam keluarga pun harus dilakukan dengan menepatkan pola pikir dan tindakan.

Tanggal 20 Agustus 2015, bertempat di Solo Paragon Hotel & Residence, ruangan Red Saphire yang bernuansa merah tersebut dihelat acara Kompasiana Nangkring bersama BKKBN. Temanya ialah “Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga”. Narasumber acara ini adalah budayawan Arswendo Atmowiloto, penulis buku Keluarga Cemara, buku bertema keluarga, lalu ada Soleh Amini Yahman, seorang psikolog dan pemuka agama di Solo, dan untuk melengkapi kedua narasumber tadi hadir pula dua petinggi BKKBN, Dr. Sudibyo Alimoeso, MA, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga serta dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, M.Kes., Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi. Dalam acara tersebut hadir pula 60 kompasianer yang tidak hanya berasal dari Solo saja, namun juga ada yang dari Semarang, Salatiga, Yogyakarta, juga Madiun.

Acara “Kompasiana Nangkring bersama BKKBN” ini diawali dengan tarian dari Sanggar Tari Surya Sumirat, kemudian dibuka langsung oleh Kepala BKKBN Pusat dr. Surya Chandra Surapati, M.Ph. Ph.D.

dr. Surya Surapati dalam pembukaannya mempresentasikan mengenai 8 fungsi keluarga dan mengingatkan kembali hadirin mengenai cita-cita salah satu pendiri Bangsa, Ir. Soekarno dengan quotenya, tugas berat untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa dan jangan mau jadi bangsa kuli. Tentunya pembangunan karakter bangsa dapat dimulai dengan pendidikan dalam lingkup keluarga. Pembukaan semakin ramai tatkala dr. Surya memperkenalkan salam GenRe (generasi berencana) khas BKKBN. Selanjutnya, perwakilan Pejabat Walikota Solo, Basuki Anggoro menyampaikan sambutannya.

Setelah acara pembukaan, diskusi dimulai dengan mbak Niken Satyawati sebagai pemandu. Narasumber pertama yang tampil ialah Soleh Amini Yahman. Beliau menyarankan para orang tua mendidik anak-anaknya dengan menjalankan 4T, yaitu Tegas, Teladan, Tenanan (Serius), dan tegel (tega).  Beliau mencontohkan, misalnya tidak ingin anak kita merokok, maka kita sebagai orang tua ya jangan merokok, kita sebagai teladan bagi anak-anak kita.

Berikutnya, pembicara yang ditunggu-tunggu para kompasianer, termasuk saya yang pengagum berat beliau yaitu budayawan Arswendo Atmowiloto. Beliau mengungkapkan apresiasinya terhadap BKKBN dan Kompasiana yang melibatkan para blogger kompasiana dalam kegiatan semacam ini. Menurut beliau pula, media sosial itu memiliki kekuatan yang luar biasa termasuk blogger di dalamnya. Apalagi blogger-blogger muda, karena merekalah yang paling tahu idiom-idiom menarik, sehingga penyampaian suatu pesan akan lebih efektif. Dan blogger yang baik harus kreatif, profesional, dan bersekutu. Selain itu menurut beliau pula, Blogger harus mampu menciptakan “perlindungan”, perdamaian, mengembangkan rasa ke-Indonesia-an, juga memajukan kesejahteraan umum lewat tulisan-tulisannya.

Acara semakin menarik saat tampilnya dua petinggi BKKBN. Keduanya memaparkan konsep keluarga dan mengingatkan bahwa tahun 2022, Indonesia akan menjadi “negara lansia” akibat efek bonus demografi, maka remaja di Indonesia harus dipersiapkan, remaja kita harus kreatif. Inilah yang menjadi tantangan terbesar BKKBN dan kita semua. Remaja Indonesia masih kurang berencana untuk masa depannya, terlihat dari pernikahan dini yang semakin banyak terjadi dan jumlah perceraian yang juga semakin meningkat. Mereka juga memaparkan bahwa usia ideal untuk menikah bagi wanita adalah 24 tahun dan pria 26 tahun. Pada usia ini pria dan wanita telah matang dalam konsep fisik dan psikis. Kedua petinggi BKKBN ini juga memberi contoh dengan membandingkan anak-anak di Timur Tengah. Mengapa anak-anak di Timur Tengah lebih cerdas? Karena ketika si ibu mengandung, para ayah membuat peraturan dirumah tidak boleh ada rokok, alkohol, dan daging. Si ibu pun melatih otak kiri janinnya dengan mengisi TTS dan bermain sudoku, sedangkan untuk melatih otak kanan si jabang bayi, ibunya membaca alquran atau alkitab dan melatih fisiknya seperti menari dalam kadar yang wajar untuk ibu hamil.

Setelah keempat narasumber memberikan paparannya, para kompasianer dipersilakan untuk bertanya. Dialog berlangsung seru dengan pertanyaan-pertanyaan seputar langkah-langkah yang dilakukan BKKBN dalam mengkampanyekan keluarga berencana. Lalu ada juga saran-saran untuk BKKBN dari kompasianer seperti menyisipkan kurikulum perencanaan keluarga di pendidikan formal juga sosialisasi keluarga berencana pada calon pengantin. Acara semakin meriah karena diselingi dengan kuis yang berhadiah hingga ratusan ribu rupiah dan pengumuman pemenang tweet competition. Dan kabar gembiranya adalah tweet competition dan acara Kompasiana nangkring bersama BKKBN menjadi World Wide Trending Topic di Twitter!

Sebagai penutup acara, pak Arswendo Atmowiloto memberi pesan bahwa keterampilan menulis itu merupakan berkah yang luar biasa. Lalu petinggi BKKBN kembali mengingatkan untuk melakukan 4 “jangan” yaitu jangan terlalu muda menikah, jangan terlalu sering melahirkan, jangan terlalu tua masih melahirkan, dan jangan terlalu dekat antar kelahiran. Kemudian tak lupa para kompasianer berfoto bareng narasumber dan dilanjutkan makan siang bersama.

Dok. Dimas Komposono

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun