Mohon tunggu...
Rasinah Abdul Igit
Rasinah Abdul Igit Mohon Tunggu... Lainnya - Mengalir...

Tinggal di Lombok NTB, pulau paling indah di dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Asyura, Karbala dan Sejarah Perpecahan Politis

10 Oktober 2016   20:55 Diperbarui: 10 Oktober 2016   20:59 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tanggal 10 Muharram, tahun 61 Kalender Islam. Perang tak seimbang itu tidak harus terjadi, hanya sekitat 120 orang dari pihak Imam Husein Ali melawan ribuan pasukan Yazid I dibawah pimpinan Umar Bin Sa’ad.  Banjir darah terjadi. Seluruh muslim Syi’ah mengenang peristiwa itu sebagai peristiwa menyakitkan. Peristiwa Karbala!

Pembuka diatas hanya setitik sejarah dari rangkaian panjang pertikaian politik yang berakhir duka diantara ummat Islam setelah wafatnya Rasulullah. Kelak, segala macam pertentangan yang beraroma kekuasaan inilah yang secara faktual menyebabkan ummat Islam terpecah menjadi puluhan golongan yang berbeda dalam hal penafsiran agama satu sama lain.

Api ketegangan sudah muncul saat peristiwa terbunuhnya Usman Bin Affan, khalifah ketiga Ummat Islam yang menggantikan posisi Rasulullah setelah Abu Bakar dan Umar Bin Khattab. Usman adalah salah seorang suku Quraisy serta sahabat yang berjasa besar dalam proses perjuangan Nabi.  Ia kemudian diberi amanah menjadi khalifah dalam sebuah rapat demokratis yang dihadiri  Ali bin Abi thalib,Thalhah bin Ubaidillah ,Zubair bin Awwam dan Saad bin abi waqash, plus sahabat-sahabat lainnya. Malang baginya, hidup sang pemimpin berakhir dengan tidak wajar. Ia dibunuh.

Tibalah giliran Ali Bin Abi Talib yang memimpin. Siapa yang tak kenal dia, pemuda sepupu dan menantu Nabi, yang padanya diberikan keleluasaan ilmu dan ketangkasan berperang.  Sayang, Ali terpilih dalam kondisi politik tidak stabil. Sejumlah tokoh lain seperti Thalhah,  Zubair, termasuk Muawiah yang merupakan kerabat Usman Bin Affam, secara terang-terangan menolak kepemimpinannya. Ia disangkut-pautkan dengan kasus terbunuhnya Usman dan memancing kebencian Muawiyah yang pada masa selanjutnya akan menjadi peletak cikal bakal dinasti Umayyah yang memburu pengikut Ali dimanapun berada.

Terjadi perang Siffin pada tahun 36 Hijriyah (657 M) antara pihak Ali dan Muawiyah. Kepemimpinan Ali berakhir dengan terbunuhnya ia oleh orang-orang yang justru mencintainya tetapi kesal atas sikap lembeknya terhadap musuh.  Sistem pemerintahan pasca Ali berubah drastis dari demokratis ke monarki (dinasti). Dinasti Umayyah muncul dibawah komando Muawiyah yang merupakan musuh kelompok Ali.

Sekte-sekte politis

Terpecahnya ummat Islam menjadi puluhan aliran/sekte pada masa-masa perkembangan Islam adalah fakta sejarah. Lebih jauh lagi, fakta sejarah juga menunjukkan bahwa munculnya aliran-aliran dalam Islam diawali oleh pertentangan politik.  Segala macam fondasi akidah, fiqih dan pandangan-pandangan keagamaan yang berkembang di masing-masing aliran terjadi belakangan setelah aliran-aliran tersebut membentuk diri.

Dimulai dari masa akhir kepemimpinan Ali sebagai Khalifah. Sebagian pengikut setia yang menganggap Ali terlalu lembut pada musuh-musuhnya terutama Muawiyah, memisahkan diri darinya. Dalam sejarahnya, mereka ini disebut kaum Khawarij yang secara bahasa berarti “keluar kelompok”. Kaum Khawarij membenci Ali dan Muawiyah. Mereka merencanakan pembunuhan kepada keduanya, namun hanya berhasil membunuh Ali. Ali sendiri tidaklah kehabisan pengikut. Masih banyak yang mengikuti garis politiknya. Mereka disebut Syiah seperti yang kita kenal hingga saat ini.

Lambat laun, pelan dan pasti, Khawarij dan Syiah memiliki landasan tafsir berbeda terhadap agama dalam konteks kesejarahan mereka masing-masing. Khawarij misalnya, memiliki ajaran bahwa kaum muslimin yang terlibat dalam perang Jamal, yakni perang antara Aisyah, Thalhah, dan Zubair melawan Ali ibn Abi Thalib dan pelaku arbitrase (termasuk yang menerima dan membenarkannya) dihukumi kafir. Mula-mula dari soal-soal ini, terus meluas dan meluas ke arah ajaran-ajaran lain, cara perbidatan dan lain-lain. Syiah pun demikian. Mula-mula dari doktrin  Ahlul Bait, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 Imam dari keturunan Husain adalah manusia-manusia suci, berkembang menjadi semesta pemikiran dan tindakan beragama yang beragam. Baik Syiah dan Khawarij kemudian terpecah lagi menjadi beberapa aliran kecil.

Pertentangan politis Syiah- Sunni

 Muawiyah berhasil menancapkan akar dinastinya dengan sangat kuat dan dalam, meski setiap saat harus mewaspadai gerakan-gerakan perlawanan pengikut Ali (syiah) maupun kelompok-kelompok lainnya. Sekitar 90 tahun dinasti ini berdiri, raja demi raja terus berganti. Kehidupan sosial kurang lebih bisa ditata dengan baik, ekspansi kekuasaan dilakukan secara bertahap dan terukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun