Mohon tunggu...
Ahmad Irsan
Ahmad Irsan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

thought, feeling and hope

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tentang Buku "Bersahabat dengan APBN"

15 Juli 2014   07:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:18 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_315494" align="aligncenter" width="300" caption="Bersahabat dengan APBN"][/caption]

Bermula dari kebingungan menjawab pertanyaan tentang APBN. Pertanyaan tersebut diajukan oleh putera penulis yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kebingungan disini bukan karena penulis tidak mengerti apa itu APBN, namun lebih karena penulis tidak mampu menjelaskan padanya dengan cara dan bahasa yang sederhana agar dia dapat memahami apa itu APBN.

Peristiwa tersebut terus mengikuti dan menganggu fikiran hingga akhirnya penulis memutuskan untuk menulis buku tentang APBN dengan cara dan bahasa yang sederhana, tidak hanya untuk dipahami anak-anak sekolah dasar tetapi lebih dari itu agar masyarakat awam lebih mudah memahami hal-hal mendasar tentang APBN.

Buku ini diharapkan juga bermanfaat bagi mahasiswa ekonomi tingkat dasar dan para pengelola keuangan negara yang terdapat pada satuan-satuan kerja instansi pemerintah. Hal ini dimaksudkan agar APBN dapat dipahami dengan mudah dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang hanya dapat dimengerti dan menjadi topik diskusi kalangan yang sangat terbatas.

Tujuan lain penulisan buku ini adalah agar masyarakat semakin melek terhadap APBN sehingga terdapat pemahaman yang sama antara pemerintah dan masyarakat terhadap program-program pembangunan yang dibiayai melalui APBN. Dengan demikian diharapkan resistensi masyarakat terhadap program pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah dapat dihindarkan.

Namun, ternyata menulis sebuah buku bukanlah hal yang gampang. Begitu banyak rintangan dan keraguan untuk mewujudkannya. Rintangan berupa kesibukan dan rutinitas yang harus dilalui. Niat menulis buku dihadapkan pada pemenuhan kewajiban penulis sebagai seorang suami, ayah dan profesi sebagai PNS. Dan pada akhirnya, ketersediaan waktu yang hanya 24 jam sehari habis untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban tersebut. Aktivitas menulis menjadi tersendat-sendat.

Sementara itu keraguan juga menjadi tantangan tersendiri. Rasa percaya diri untuk menulis sebuah buku berfluktuasi, up and down. Pertanyaan apakah punya kapasitas untuk menulis buku? Apa tidak takut tar dicemooh sok-sok an?

Setelah lebih dari setahun, baru segala rintangan dan keraguan tersebut dapat diatasi. Naskah setebal 52 halaman tuntas ditulis. Buku yang diberi judul “Bersahabat dengan APBN” ini pun siap diterbitkan. Apakah masalah selesai? Ternyata tidak.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menerbitkannya? Sempat terfikir untuk mengajukan naskah ini ke penerbit seperti Gramedia, Kompas, Mizan atau penerbit besar lainya. Waktu pun berlalu cepat dan habis hanya untuk berdebat pada diri sendiri, apakah sudah layak untuk diajukan ke penerbit-penerbit di atas? Penulis harus jujur bahwa penulis tidak punya kepercayaan diri untuk melakukannya.

Syukur Alhamdulillah, ada seorang sahabat yang dengan ikhlas membantu. Sahabat yang begitu menghargai effort yang sudah penulis curahkan untuk menuntaskan penulisan buku ini. Sahabat yang mau berkorban demi terwujudnya transfer knowledge and information. Beliau meyakinkan penulis untuk mencetak buku tersebut. Dan dia yang menanggung pembiayaannya. Tanpa ada perhitungan untung-rugi dan bagi hasil, buku ini pun berhasil dicetak.

Artikel ini pun ditulis di depan tumpukan 500 eksemplar buku berwarna ungu. Artikel yang ditulis tidak hanya di atas rasa bangga karena keberhasilan menulis sebuah buku. Namun juga di tengah kebingungan bagaimana mendistribusikan buku dimaksud. Sama sulitnya dengan menulis buku itu sendiri.

Ketika otak ini sudah tidak sanggup menemukan solusinya. Sebuah nasehat datang menenangkan diri : “Ketika masalah datang, Allah tidak meminta kita memikirkan jalan keluarnya hingga penat. Allah hanya meminta kita untuk sabar dan sholat”.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun