Pendeta Mikha Ramba, S.Th.
Saya juga berterima kasih kepada hamba Tuhan yang melayani Jemaat GAA Filipi Manado, Pendeta Mikha Ramba, S.Th. Saya pikir,  saat menelepon saya, Pendeta Mikha hanya ingin tahu kronologi peristiwa kebakaran itu. Ternyata beliau juga ingin mencari tahu alamat rumah yang terbakar itu dan mendatanginya  langsung ke TKP.Â
Saat itu saya sedang mengumpulkan barang-barang yang mungkin masih bisa digunakan seperti buku-buku yang basah kuyup oleh siraman damkar dan hujan (beberapa kamus dan sejumlah buku lainnya). Ada pakaian-pakaian yang tidak kena api, Â tetapi sebagian besar hitam kelam oleh asap api).Â
Sebagian baju yang tidak terbakar,saya cuci, robek. Mungkin karena panasnya api di kamar. Namun, meski robek kecil, karena masih bisa digunakan, saya tidak membuangnya. Saya mengenakannya hanya untuk di rumah. Karena berjarak sekitar 600 meter dari TKP ke rumah tinggal sementara, Pendeta Mikha pun turut membantu dengan membonceng saya di sepeda motornya sambil saya memegang barang yang akan dibawa dan barang lainnya juga dimuat di bagian bawah sepeda motor. Â
Terima kasih kepada Pendeta Mikha yang sudah memberi tumpangan dengan sepeda motornya dan bahkan juga memberi amplop (terus terang saya sebenarnya enggan dan malu hati menerima bantuan dari seorang hamba Tuhn. Seharusnya, saya justru yang membantu mereka). Tuhan memberkati Pendeta Mikha dan keluarga dalam tugas dan pelayanannya.
Jadi, sekali lagi terima kasih kepada semua orang yang sudah berempati kepada saya dan keluarga. Tuhan pasti tidak akan menutup mata terhadap semua kebaikan yang telah kami rasakan.
Pada bagian ke-2 tulisan ini nanti, saya akan menceritakan kronologi terjadinya musibah kebakaran itu serta pelajaran penting apa yang dapat saya petik dari musibah kebakaran itu. Kiranya, pelajaran penting itu pun dapat menjadi pelajaran berharga bagi pembaca..
Manado, 28 Oktober 2020
R. T. Mangangue
- Â