Mohon tunggu...
r. t.  mangangue
r. t. mangangue Mohon Tunggu... Dosen - Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Penggemar berat catur, penulis, ghost writer, pengajar, dan pecinta sastra Dapat dihubungi di alamat email: r_mangangue@yahoo.com. Facebook: richard mangangue. Tinggal di Manado.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ternyata Pakar Bahasa Kita pun Bisa Plin-plan

16 September 2020   22:37 Diperbarui: 16 September 2020   22:38 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) Pusat Bahasa adalah rujukan bagi kita pengguna bahasa Indonesia untuk mengetahui yang mana kata baku dan tidak baku, Jadi, kalau menjadikan suatu kamus sebagai rujukan, yang harus diperhatikan baik-baik adalah apakah kamus yang akan dibeli itu baik atau tidak untuk dijadikan rujukan. 

Mengapa? Karena ada kamus yang meskipun namanya kamus, belum tentu baik untuk dijadikan rujukan. Entah penulisnya cuma asal-asalan membuat kamus itu atau memang pengetahuannya cuma standar. Namun, yang jelas, KBBI adalah pedoman bagi kita dalam berbahasa yang baik dan benar.

Tentu kita tahu bahwa KBBI dibuat oleh banyak orang yang semuanya adalah pakar-pakar bahasa dari berbagai bidang kebahasaan. Misalnya, linguistik, sastra, filologi, bahasa-bahasa asing dengan spesialisasi tertentu, dan lain-lain. Jadi, dengan tim pakar kebahasaan ini, kita yakin, KBBI benar-benar menjadi pedoman yang dapat kita andalkan.

Meskipun demikian, para pakar bahasa kita itu bisa berubah pendapat. Yang saya ingat adalah pada kata memperhatikan. Sejak belajar di SD, saya sudah mengenal kata itu. Namun, pada KBBI edisi ketiga, para pakar berubah pendapat. 

Menurut mereka, kata dasar dari kata memperhatikan adalah perhati. Dengan demikian, kata perhati bila diberi awalan me- dan akhiran -kan akan menjadi memerhatikan. Jadi, sama dengan kata putus, bila diberi awalan me- dan akhiran -kan akan menjadi memutuskan.

Anehnya, pada KBBI edisi keempat, para pakar bahasa kita berubah pikiran. Kata dasar dari kata memperhatikan adalah hati. Sebagaimana kita ketahui, semua awalan memper- tetaplah memper-, dia tidak lesap menjadi memer- karena yang lesap adalah huruf awal kata dasarnya, bukan awalannya. 

Misalnya, kata mempertinggi, tidak berubah menjadi memertinggi; mempersingkat, tidak berubah menjadi memersingkat; mempersatukan, tidak berubah menjadi memersatukan.

Jadi, kata memperhatikan, kembali seperti dulu, seperti awalnya. Kata itu tetaplah memperhatikan, bukan memerhatikan. Namun, masih ada orang yang berpegang pada aturan yang lama. Karena tidak mengikuti perkembangan, dia hingga kini tetap yakin bahwa kata yang baku adalah memerhatikan, bukan memperhatikan. Ini terjadi gegara keplin-planan para pakar bahasa kita.

Para pakar bahasa kita juga manusia. Jadi, adalah wajar kalau mereka juga membuat kekeliruan.

Manado, 16 September 2020

Oleh Richard Tuwoliu Mangangue

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun