Mohon tunggu...
r. t.  mangangue
r. t. mangangue Mohon Tunggu... Dosen - Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Penggemar berat catur, penulis, ghost writer, pengajar, dan pecinta sastra Dapat dihubungi di alamat email: r_mangangue@yahoo.com. Facebook: richard mangangue. Tinggal di Manado.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tentang Keragaman dan Keberagaman

8 September 2019   22:00 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:42 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Tentang Keragaman dan Keberagaman (unsplash/aaron-burden)

"Media yang satu menggunakan kata keragaman tetapi media yang lain menggunakan kata keberagaman. Mana yang benar?"

(Tanggapan atas Tulisan Prof. Bambang Kaswanti Purwo)

Membaca tulisan Prof. Bambang Kaswanti Purwo (BKP)  di rubrik "Bahasa" Kompas  20/8/2019, saya tertarik untuk menanggapinya.  Tulisan dengan judul "Keanekaragaman" itu membahas penggunaan kata yang belakangan ini banyak digunakan, yaitu keragaman dan keberagaman. 

Media yang satu menggunakan kata keragaman tetapi media yang lain menggunakan kata keberagaman. Mana yang benar?

Setelah menguraikannya secara panjang lebar, BKP menyimpulkan (setelah memberikan argumentasi dan contoh-contohnya) bahwa kata yang benar adalah keanekaragaman.

Baca juga : Keragaman Skotlandia Sebagai Negara Indah di Britania Raya

Saya sependapat dengan BKP. Namun, kita juga perlu melihat mengapa orang lebih suka menggunakan kata keragaman atau keberagaman. Dari dua kata itu dapat disimpulkan bahwa hal yang utama adalah kata dasar ragam.  Dari kata dasar itu (ragam), dia menjadi keragaman atau keberagaman atau bisa juga keanekaragaman.  Pokoknya ada kata dasar ragam.

Meskipun demikian, kita tentu tidak boleh lupa dengan aturan berbahasa yang ada. Karena kita tidak boleh seenaknya memakai kata ini atau kata itu disesuikan dengan keinginan kita. Yang penting kata itu benar, tepat dan efektif, sehingga kata itu dapat  digunakan.

Saya justru mengamati bahwa penggunaan kata keragaman atau keberagaman baru muncul akhir-akhir ini. Saya justru masih ingat, dulu bukan kata itu yang kita gunakan, melainkan kata majemuk dengan nominanya kemajemukan.

Dalam KBBI majemuk berarti terdiri dari beberapa bagian yang merupakan kesatuan. Contoh kalimatnya adalah "Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk." Sedangkan kemajemukan berarti keanekaragaman.

Menurut saya, dengan menggunakan kata majemuk atau kemajemukan, pikiran kita lebih cepat menangkap maksud yang terkandung di balik sebuah kalimat daripada kata keragaman, apalagi kata keberagaman. Mengapa? 

Baca juga : Sebuah Kebanggaan terhadap Indonesia dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Keragaman Budaya

Karena kadang kala, saya harus menyimak dengan saksama, baik saat mendengar kata keberagaman diucapkan atau saat membacanya karena kata keberagaman sering kali berkaitan dengan kata keberagamaan. Dalam KBBI pun ada sublema keberagamaan yang artinya perihal beragama.

Kita tahu bersama, semboyan bineka tunggal ika berarti  berbeda-beda tetapi satu. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, dan kepercayaan.

Dari semboyan itu muncullah kata bineka yang menurut KBBI berarti beragam; beraneka ragam. Sedangkan kebinekaan berarti keberagaman. 

Menurut saya, kata bineka atau kebinekaan lebih tepat dalam menggambarkan keadaan bangsa kita yang tidak homogen daripada keragaman, keberagaman atau kemajemukan. Karena ketika kita mendengar atau membaca kata bineka atau kebinekaan pikiran kita langsung terfokus pada keberbedaan di bangsa kita.

Sekarang masalahnya, mengapa banyak orang tidak terus menggunakan kata kemajemukan atau kebinekaan? Kita tahu bersama, namanya manusia pasti akan merasa bosan kalau yang digunakan kata yang itu-itu saja. 

Baca juga : Keragaman Wisata Air yang Ada di Kecamatan Sumberpucung

Saya kira, kata itu sama dengan mode. Kalau mode yang itu terus dikenakan atau dilihat, kita pasti bosan. Jadi, kita ingin sekali-kali menggunakan mode yang lain. Kita ingin menggunakan kata yang lain.

Zaman sekarang, kita mau yang serba praktis dan ekonomis. Kalau menulis jangan terlalu panjang. Nanti tidak dibaca orang. Kalau berpidato, juga jangan panjang-panjang, nanti tidak didengar orang, malah bisa saja pendengar jadi bosan dan menguap sebagai tanda minta berhenti.

Begitu juga dengan kata keanekaragaman, keberagaman, keragaman. Semuanya benar. Namun, untuk praktis dan ekonomisnya tentu lebih enak digunakan kata yang suku katanya berjumlah sedikit, yaitu keragaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun