Mohon tunggu...
Agoeng Triadi
Agoeng Triadi Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

I'm just an ordinary PNS, yang baru mulai belajar menulis dan menuangkan isi kepalanya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Diet Karbon: Upaya Rakyat, Kebijakan Pemerintah

6 Oktober 2022   13:43 Diperbarui: 6 Oktober 2022   13:46 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Diet karbon. Ketika mendengar kata itu, apa yang terpikir di kepala kalian? Apakah ada kaitannya dengan diet makanan? Atau...membingungkan mungkin, karena gabungan istilah kesehatan dan istilah kimia? Yang pasti, praktisi healthy lifestyle tahunya diet karbo. Itu lho, diet yang para pelakunya berusaha menjaga asupan karbohidratnya supaya tidak lebih dari 150 gram per hari. Bagaimana dengan diet karbon? Secara prinsip sih mirip. Pelaku diet karbon berusaha menjaga supaya carbon footprint yang ditinggalkannya tidak berlebihan. Aduh!! Apalagi carbon footprint? Tenang. Nanti ceritanya akan sampai kesana juga.

Jadi begini. Diet karbon itu berhubungan sama perubahan iklim. Kalau kata ilmuwan, perubahan iklim terjadi karena bertambahnya jumlah gas rumah kaca yang ada di atmosfer Bumi. Gas rumah kaca itu macam-macam jenisnya. Namun, yang paling banyak adalah gas Karbon dioksida (CO2). Persentasenya mencapai 76% dari seluruh gas rumah kaca yang ada. Memang dampaknya apa buat manusia? Kok seperti darurat kondisinya sampai mengharuskan kita diet.

Nah, kalau diet makanan, tujuannya kan menjaga kesehatan atau membuat tubuh sehat. Begitu pula dengan diet karbon. Tujuannya memulihkan "kesehatan" Bumi. Seperti diketahui, Bumi kita ini sedang "sakit". Nama sakitnya adalah perubahan iklim. Sakitnya itu mengakibatkan terjadinya berbagai fenomena dan anomali iklim. Diantaranya, kenaikan muka air laut dan banjir pesisir (rob), kenaikan suhu Bumi, meningkatnya kekeringan, meningkatnya banjir, de el el. Untuk meng-handle perubahan iklim tersebut, penyebabnya harus diurus dengan baik. Artinya, si karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer harus diminimalkan jumlahnya, dan juga sumbernya, sehingga dampak perubahan iklim dapat dikurangi.

Sekarang tentang Karbon dioksida alias CO2. Kalian tahu tidak, kalau CO2 di atmosfer sebagian besar berasal dari aktivitas manusia? Yang utama, tentu saja penggunaan bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak bumi. Aktivitasnya? Dari kendaraan pribadi misalnya. Semakin banyak orang yang menggunakan kendaraan pribadi, semakin banyak CO2 yang dilepaskan ke udara. Contoh lainnya, dari pembangkit listrik. Masih banyak pembangkit listrik di Indonesia menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Semakin kita boros listrik, semakin banyak CO2 yang dihasilkan. Belum lagi industri yang sangat boros menggunakan bahan bakar fosil. Semakin banyak barang (produk industri) yang kita beli dan gunakan, semakin berlimpah ruah CO2 yang release ke udara.

Selain penggunaan bahan bakar fosil, aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan perubahan iklim adalah pembabatan hutan. Seperti kita tahu, salah satu fungsi tanaman adalah menyerap CO2 di udara, mengubahnya menjadi karbon dan oksigen melalui proses fotosintesis. Dari fungsinya, dapat kita simpulkan kalau tanaman itu dapat mereduksi CO2. Kalo tanaman-tanaman itu hilang, lalu apa yang mau kita gunakan untuk mengurangi CO2 tersebut?

Identik dengan penggundulan hutan tadi ialah perubahan tata guna lahan. Lahan yang awalnya hutan, kebun, atau ladang pertanian lainnya, diubah menjadi kawasan permukiman atau kawasan industri dan kawasan lainnya. Ternyata, dampak perubahan tata guna lahan tersebut tidak sekedar mengakibatkan lebih banyak CO2 yang lepas ke udara, namun juga mengakibatkan fenomena urban heat island. Fenomena ini disematkan pada daerah yang semakin meningkat suhu kawasan pusat kotanya dibandingkan dengan kawasan di sekitar. Urban heat island bahkan disebut sebagai sumber utama yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Disamping fenomena tersebut, ada pula nih dampak lainnya, yaitu perubahan siklus air. Efeknya, terjadi peningkatan potensi banjir dan musim kering, peningkatan curah hujan ekstrem, hingga perubahan ekologis yang bisa mengancam produktivitas pertanian.

Dengan dampak yang ngeri-ngeri sedap itu, Indonesia seharusnya aware dong dengan realita saat ini. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat rentan terhadap kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim. Bayangkan! Berapa banyak pulau yang tenggelam, karena kita tidak melakukan sesuatu. Take action from now! Pemerintah segera buat kebijakan. Jalankan program diet karbon. Libatkan rakyat. Ingat, penyebab utama perubahan iklim adalah manusia. So, solusinya juga berada dalam domain manusia.

Lantas, apa saja kebijakan pengurangan karbon yang kira-kira harus diambil pemerintah? Banyak! Menurut saya ya, sebagai orang yang awam kebijakan pemerintah. Yang pertama dan utama, pemerintah kudu menghitung berapa gas rumah kaca yang dihasilkan setiap sektor pembangunan. Setelah dapat, segera tetapkan target penurunannya. Target ini dicantumkan dalam undang-undang, sehingga semua sektor akan menuruti dan berusaha memenuhi amanatnya. Contoh bagus hal ini bisa ditemukan di Inggris Raya dengan Climate Change Act-nya. Tujuan undang-undang tersebut ialah mengurangi semua emisi gas rumah kaca Inggris sebesar 80% pada tahun 2050, dibandingkan dengan tingkat 1990. Dari sini jelas, bahwa pemerintah harus mengambil kebijakan strategis yang terukur, sehingga semua sektor pembangunan dapat mulai menyesuaikan misi dan strateginya sesuai dengan amanat peraturan yang ada.

Kebijakan selanjutnya. Pemerintah wajib mendorong dan mendampingi industri untuk menurunkan emisi gas rumah kacanya. Industri, dalam menjalankan bisnisnya selalu money oriented. Namun, disisi lain harus mengikuti keinginan pemerintah. Nah, untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan, biasanya ada tambahan cost tersendiri. Misalnya, biaya perubahan teknologi untuk menghasilkan emisi yang lebih sedikit. Atau, biaya untuk penyesuaian rantai pasoknya, dll. Guna mengatasi berbagai masalah tersebut, perlu dikeluarkan rangkaian insentif pemerintah untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi negara. Mengingat topik mengenai industri dan green insentive ini bakal panjang, maka saya akan menuliskannya di artikel yang lain.

Selain dua hal di atas, ada lagi macam-macam kebijakan yang dapat dijalankan pemerintah. Misalnya, mengupayakan green funding untuk pembangunan infrastruktur. Yang lain, melakukan kegiatan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, menyediakan energi terbarukan, perlindungan lingkungan dan ekosistem, pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta upaya-upaya lain yang dianggap signifikan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Setelah sedikit menjelaskan kewajiban pemerintah, sekarang waktunya menjabarkan peran masyarakat. Lo kok masyarakat ikutan juga? Iyalah! Kan perubahan iklim masalah bersama. Warga perlu juga dong diet karbon. Tentu saja, untuk menyelesaikannya, butuh kerja bareng pemerintah dan masyarakat. Kalau begitu, apa saja sih yang bisa kita lakukan sebagai warga yang cinta pada tanah airnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun