Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pamer Kekayaan Haruskah Dipertontonkan?

15 Maret 2023   08:58 Diperbarui: 15 Maret 2023   09:06 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memperlihatkan sesuatu yang menjadi suatu capaian oleh seseorang kerap kali dikonotasikan negatif. Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan dengan definisi menunjukkan sesuatu yang dimiliki kepada orang lain dengan maksud memperlihatkan kelebihan atau keunggulan untuk menyombongkan diri. 

Tersirat dalam defininsi KBBI bahwa kosa kata Pamer terkesan negatif. Ada unsur kesombongan didalamnya karena ada kalimat untuk menyombongkan diri. Padahal tidak semuanya pamer itu negatif.

Pamer akan karya seni atau teknologi yang telah berhasil diciptakan tentunya tidak ada maksud untuk menyombongkan diri. Maksud dari si penemu tersebut tentu agar siapa saja yang melihat dan akhirnya mengapresiasi dalam bentuk tindakan membeli atau paling tidak ikut mempromosikan hasil karyanya. Jadi ada motif ekonomi di dalamnya.

Pamer akan prestasi yang telah diraih dalam berbagai bidang baik itu olah raga maupun keilmuwan bisa jadi juga bernilai positif. Orang yang melihatnya tentu akan terinspirasi untuk melakukan perbuatan yang sama agar dapat meraih prestasi.

Yang tidak menjadi positif adalah apabila pamer akan suatu capaian yang dimana hasil capaiannya tidak sebanding dengan hasil atau pendapatan yang setiap bulan diterimanya.  Atau tidak sebanding dengan usaha yang sudah diakukannya. Kalau hal tersebut sebanding sebenarnya tidak ada yang meributkan dan justru orang akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama.

Pamer kekayaan menjadi perbincangan yang hangat pasca anak pejabat Ditjen Pajak melakukan tindakan kekerasan. Pemicu awal yang seakan menjadi fenomena gunung es bagi para pejabat di Indonesia. Efek dominonya sungguh luar biasa dahsyat, sampai-sampai semua pemilik akun pamer harta harus tiarap menutup akunnya di media sosial.

Era media sosial membuat semua orang terangsang untuk memamerkan apapun dalam akun mereka. Jaman sebelum era medsos, untuk menjadi publik figur harus berdarah-darah melewati seleksi yang sangat ketat. Sedangkan sekarang hanya dengan sekali klik semua orang bisa menjadi publik figur.

Apa saja yang kiranya menarik untuk diposting langsung dipamerkan, tidak terkecuali harta kekayaan yang dimiliki. Bahkan mobil yang bukan miliknya pun kerap ditongkrongi hanya sekedar untuk asesoris saat tampil di media sosial ( kalau yang jenis seperti ini sebenarnya malah bagus yaa....hahaha). Yang mereka cari adalah eksistensi diri dihadapan netizen yang jumlahnya jutaan orang.

Pamer kekayaan sebenarnya bukan hal baru. Sudah lama dilakukan oleh mahluk yang bernama manusia di muka bumi. Raja Hizkia dalam kisah Alkitab Perjanjian Lama pernah melakukan hal yang sama yaitu dengan memperlihatkan segala yang dipunyainya kepada para petinggi Babilon yang menemuinya. Semua petinggi Babilon pun menjadi terkesan setelah melihat kekayaan Raja Hizkia. Dan respon itu yang diharapkan oleh sang Raja yang memamerkan kekayaannya. Semua yang suka pamer kekayaan pasti selalu berharap ada respon dari orang lain yang melihat aktivitas pamernya. Tetapi Raja Hizkia tidak pernah menyangka bahwa dibalik keterkesanan para petinggi Babilon ada rasa iri dan ingin merebut kekayaannya.

Respon yang diharapkan dari aktivitas pamer kekayaan tidak semua menguntungkan diri sendiri. Bahkan boleh dikatakan bahwa pamer kekayaan justru membawa dampak yang negatif bagi dirinya sendiri. Takjub tentu akan diperlihatkan oleh orang yang melihat aktivitas pamernya. Dengan ketakjuban itu si tukang pamer merasakan kepuasan yang maksimal dan apa yang diharapkan menjadi terwujud. Jadi perbincangan juga merupakan respon yang sangat diharapkan oleh si tukang pamer. Dengan diperbinacangkan berarti dirinya merasa sudah menjadi publik figur yang diperhitungkan. Tetapi dibalik semua itu mengandung beberapa resiko yang membahayakan kehidupannya sendiri.

Resiko yang dihadapi oleh para tukang pamer kekayaan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun