Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

100 Tahun NU Merawat Keberagaman

8 Februari 2023   08:54 Diperbarui: 8 Februari 2023   08:59 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

100 tahun adalah usia yang sangat panjang dan melelahkan bagi kehidupan. Namun sekaligus membanggakan dan mampu menjadi teladan bagi keturunannya. Usia dimana kekuatan untuk tumbuh dan kuat sudah mengakar dalam setiap sanubari pengikutnya. Keteladanan sekaligus sikap mental yang kuat terus menerus diwariskan dalam perilaku maupun tutur kata para pengikutnya.

Namun 100 tahun juga bukan berarti tanpa friksi dan perbedaan pendapat. Yang pasti semua itu telah berhasil dilalui oleh Nahdatul Ulama sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. 

Berbagai friksi pernah dialami oleh NU tetapi sikap demokratis yang menghargai perbedaan itulah juga yang menjadikan perbedaan menjadi budaya yang tidak perlu dipersoalkan. 

Terbukti dengan keeleganan Gus Dur yang memberi ijin Perayaan Imlek sebagai hari libur Nasional. Karena terbiasa bahkan sudah menjadi tradisi dalam organisasi bahwa berbeda itu adalah sah-sah saja sepanjang dalam koridor Pancasila dan UUD 45 maka NU tidak gamang dalam menyikapi perbedaan di masyarakat. Inilah manusia Indonesia yang sesungguhnya yang selalu terbuka akan perbedaan dalam kehidupan masyarakat.

Toleransi dalam tradisi NU juga bukan hal baru yang sulit untuk dilaksanakan. Walupun pemahaman toleransi masih selalu menjadi perdebatan namun tidak menjadikan toleransi itu hilang dalam tradisi Nahdatul Ulama. 

Budaya Nusantara juga salah satu yang selalu dijunjung oleh NU sebagai kekayaan Indonesia yang harus dilestarikan. 

Maka berbagai tradisi yang ada di Indonesia diinkulturasi dalam ragam religiusitas ke-Islaman gaya NU. Karena sejatinya budaya suatu bangsa menunjukan jati diri bangsa tersebut. Dan menjunjung tinggi budaya berarti melestarikan kehidupan suatu bangsa.

Almarhum Gus Dur adalah magnet untuk siapa saja ingin dekat dengan NU. Sikap keterbukaan dan toleransinya membuat bangsa ini tersadar bahwa kita itu lahir dan besar di Indonesia yang sangat beragam suku, budaya, ras, dan agamnya. 

Kesadaran yang menumbuhkan gerakan toleransi di Indonesia tidak bisa lepas dari peran Gus Dur sebagai inisiatornya. Pergaulannya yang luas tanpa sekat menjadikan masyarakat merasa dimanusiakan. 

Itulah Nahdatul Ulama yang tidak perlu diragukan lagi sepak terjangnya dalam merawat keberagaman di Indonesia. Tokoh-tokoh besar pendirinya tidak pernah menghilangkan sikap asli bangsa Indonesia yang terbuka, ramah, dan mau bergaul erat dengan siapa saja. 

Maka tidak heran apabila NU menjadi garda depan dalam menghidupi semangat toleransi di tanah air kita. Apapun cibiran atau nyiyiran yang kadang dilontarkan sebagian kecil masyarakat tidak menjadikan NU surut untuk merawat keberagaman di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun