Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Iya" yang Membawa Petaka

26 Januari 2023   12:21 Diperbarui: 26 Januari 2023   12:50 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jawaban ' iya'  bisa mengandung dua arti 'iya' yang membawa kepada keselamatan dan iya yang justru akan membawa kepada malapetaka. Dalam KBBI ya berarti menyatakan setuju atau membenarkan sesuatu dan sebagainya. Dalam suatu persetujuan terkandung roh 'ya' yang berarti sepakat tentang suatu hal. Setuju bisa saja membawa kepada kebaikan bahkan bisa jadi mengubah jalan hidup menjadi lebih baik, namun setuju dapat juga membawa kepada penderitaan apabila tanpa pertimbangan ternyata persetujuan itu membuat masalah. Mengatakan 'Ya' atau 'Iya' memang butuh pertimbangan yang matang.

Dalam kehidupan nyata mengiyakan seringkali terjadi pada interaksi antara bawahan dan atasan. Seringkali bawahan berada pada relasi yang lemah dihadapan atasan sehingga mau berkata tidak sangat tidak mungkin dilakukan. Ketakutan akan karier yang akan dihadapi, takut dipotong gaji, atau mendapat penilaian buruk dari atasan. 

Posisi ini akan semakin melemah apabila berada pada posisi pekerjaan yang berhirarki tegas seperti dunia militer maupun semi militer. Dalam dunia militer membantah perintah atasan adalah hal yang melanggar aturan militer bahwa apapun yang ditugaskan atasan adalah ya dan amin.

Masyarakat sipil yang tidak berhirarki tegas tentu akan menjadi lain, seorang bawahan bisa saja menolak perintah atasan apabila perintah itu dipandang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Minimal tidak sesuai dengan kata hati si penerima perintah. Sehingga ruang untuk berdebat menjadi terbuka lebar. Bisa membawa kepada harmoni namun bisa juga menjadi perselisihan apabila masing-masing mempertahankan egoismenya. 

Hari-hari ini semua sedang disuguhi bagaimana 'Ya' justru membawa malapetaka bagi beberapa orang. Atas nama hirarki organisasi semua berkata 'ya' walaupun secara sadar itu semua adalah salah. Organisasi yang seharusnya sudah lepas dari aroma militeristik menjadi tidak bisa meninggalkan habitus lamanya yang militer sehingga semua bawahan berkata 'Ya'. Dari peristiwa ini semua menjadi tersentak betapa ketidakkuasaan menolak perintah tanpa berpikir panjang akan membawa malapetaka. Juga ketegasan untuk meninggalkan tradisi militer menjadi ambigu  antara siapa yang harus bertanggungjawab atas suatu kejadian yang sebenarnya merupakan perintah atasan. 

Semua sudah terjadi dan banyak memakan korban, namun sang sutradara pun enggan mengakui bahwa semua itu skenarionya. Alih-alih mengakui justru malah merasa jadi korban. Padahal korban sesungguhnya adalah para bawahan yang tidak sanggup menolak perintah atasan atas nama hirarki ala militer yang seharusnya sudah lama ditinggalkan organisasi. Sang pemberi perintah pun mencoba bersembunyi bahwa organisasi nya sudah tidak militer lagi sehingga kesalahan bawahan belum tentu karena perintah atasan.

Ketegasan akan sikap organisasi diperlukan agar tidak lagi membawa korban ........selamat berbenah !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun