(Masih terngiang di telingaku...jelas, dan menyakitkan. Betapa tidak, dan sungguh tak pernah aku sangka orang yang selama ini aku hargai, dan aku hormati...ternyata, memiliki perangai dan sifat yang seharusnya tidak seperti itu. Kata-kata yang terlontar dari mulut tuanya, Pedih...menyakitkan hati. Bak sembilu yang mengiris dadaku ini. Aku seketika terdiam, seolah-olah tak sadar dan tak percaya dengan apa yang aku dengar dan aku lihat).
Sore itu, di romadhan terakhir, sehabis magrib.
Aku tak sengaja mendengar percakapan tetanggaku. Maklumlah...di kampung kami tinggal berdekatan, dan saling tahu satu dengan yang lainnya. Seperti siang tadi, Rika menantu Haji Harun mendadak keluar rumah sendiri dan berjalan kali melewati jalan kampung di depan rumah kami. Hal ini tak seperti biasanya, karena mereka tergolong keluarga berada. Ke mana-mana naik mobil. Tumben...Rika berjalan terburu-buru, seolah-olah tak mau terlihat oleh para tetangga. Sesekali ia melihat ke belakang, entah apa yang dirisaukannya. Aku yakin, sorot mata tetangga di kampung sini penuh dengan tanda tanya, ada apa ya?
Rika berjalan dengan tergesa-gesa. Semakin menambah penasaran para tetangga. Tak lama berselang, sang ibu mertua meminta anak tetangga depan untuk mengantar Rika, namun syaang sepertinya hal itu sia-sia.
Tak lama berselang, keluarlah sedan putih dari rumah haji Harun. Mobil yg dikendarai sang putra mahkota mereka(maklum, anak satu-satunya...hehe), dan terlihat Haji Harun ikut serta disebelahnya. Sebenarnya ada apa ya dengan keluarga mereka? Selama ini tak pernah keluarga ini seperti itu. Biasanya adem ayem.
Menjelang sore hari, Rika datang diantar sepupunya. Namun, raut muka Rika tak seperti biasanya. Mukanya terlihat memendam masalah (duh, kayak peramal dah guwe)...
Dan bak drama yang ada skenarionya, tiba-tiba putra mahkota dan Haji Harun datang. Nampak tak ada apa-apa di antara mereka, biasa saja. Namun, lagi-lagi Rika gak ikut serta dalam percakapan mereka. Entahlah...mungkin ia lelah, atau ia sedang tak mood bicara.
Adzan magrib berkumandang, saatnya berbuka. Namun, cetaaar...bak suara petir di siang bolong, terdengar suara pertengkaran adu suara antara Rika dan putra mahkota. Sepertinya perang dunia ketiga. Meski samar, namun terdengar juga masalah mereka apa. Keduanya emosional, namun tak ada suara lain yang menengahi.
Sesaat diam. Babak 1 selesai.
Yang mengejutkan adalah, tiba-tiba terdengar suara tangisan Rika. Dan rupanya, lawan bicaranya tak lain adalah Haji Harun, alias mertuanya sendiri. Betapa tidak, wajar jika mendengar perkataan ini, wanita mana yang tak menangis. Saya yang mendengar saja kaget.
Rika dianggap membuat aib di rumah mereka, karena telah lancang keluar rumah. Bikin malu saja.