Mohon tunggu...
Queen An
Queen An Mohon Tunggu... Penulis - Pemanah dan Penulis

Wanita sederhana yang punya mimpi besar. Menjadi pribadi yang berarti, memberi warna dalam setiap perjalanan kehidupan dan menjadi jalan bagi kebahagiaan orang lain. If you believe in yourself then everything will be possible

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Seperti Mati Lampu, ya Sayang"

19 April 2021   22:47 Diperbarui: 24 April 2021   13:32 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Queen

Salam Bahagia.

Hah! Mati lampu, lagi? ....

Tiba-tiba saya jadi teringat dengan judul sebuah lagu yang didendangkan oleh penyanyi dangdut, Nazar. Sudah beberapa kali kami mengalami mati lampu di rumah. Terkadang, mati lampu yang memang sudah dijadwalkan oleh pemerintahan di wilayah kami. Terkadang, juga mati lampu karena aliran dari PLN yang terganggu.

Kondisi mati lampu mengingatkan saya pada kenangan saat masih tinggal di Kota Denpasar, Bali tepatnya di  Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur.  Saat itu, sudah  memasuki tahun kedua kami tinggal disana.  Sebuah pengalaman pertama dan sampai saat ini  saya belum pernah mengalaminya lagi. Sebagian besar penduduk  Indonesia pastilah mengetahui bahwa Pulau Bali memiliki banyak perayaan, salah satunya adalah  Hari Raya Nyepi.

Apa itu Nyepi ?

Nyepi menurut Wikipedia bahasa Indonesia adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun baru aka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudra yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu, umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka.

Pada pelaksanaan perayaan Nyepi ada lima larangan yang harus dipatuhi oleh para wisatawan maupun orang-orang yang berbeda keyakinan yang tinggal di sana. Hal itu dilakukan untuk menghormati adat mereka dan juga untuk kebaikan bersama. Di antara, lima larangan tersebut adalah tidak ada yang boleh menyalakan lampu, kecuali bagi ibu-ibu yang memiliki bayi dan itu pun harus meminta izin terlebih dahulu. Tidak ada yang boleh menyalakan api untuk memasak sehingga makanan sudah dimasak sehari sebelumnya. Tidak ada yang boleh bepergian, kecuali satu hari sebelumnya dan juga tidak boleh mencari hiburan, dan tidak ada yang boleh bekerja. Aturan ini membuat keadaan akan   gelap gulita  dan  berlangsung selama 24 jam.

Saya yang tidak pernah mengalami hal itu sebelumnya tentu saja merasakan  pengalaman yang    luar biasa karena berdiam dalam keheningan yang benar-benar senyap, bak berada di sebuah gua yang gelap gulita dan tidak ada suara satu binatangpun yang terdengar melintas. Bagimana dengan mereka yang takut dengan  kegelapan? Mungkin, mereka diberikan penerangan tetapi hanya berupa penerangan kecil, seperti lampu 5 watt.. Para pecalang berkeliling area dan menyoroti setiap celah untuk memeriksa dan memastikan bahwa  benar-benar tidak ada api atau penerangan yang dilarang.  Jalanan begitu senyap dan sepi, benar-benar bersih dari lalu lintas dan lalu lalang kendaraan.  Hanya ada para pecalang yang bertugas  di sana. Akan tetapi, ada beberapa tempat yang dibolehkan menyalakan listrik, seperti rumah sakit, bandara, dan hotel-hotel tertentu. Pecalang adalah polisi adat Bali yang tidak digaji tetapi bekerja sepenuh hati.

Udara tampak erasa bersih, tidak ada suara bising atau asap knalpot. Pada  malam hari,  langit akan terlihat cerah dengan ribuan bintang d atasnya. Keunikan  perayaan Nyepi  seperti itu menjadikan Pulau Bali hemat listrik dan air   mengalami penurunan sebesar 290 Megawatt dan 500.000 liter air. Sungguh harga  yang sangat  fantastis jika dirupiahkan.

Perbandingan antara mati lampu yang hanya sesaat kita rasakan dengan mati lampu sehari penuh sungguh berbeda. Meski hanya beberapa jam saja kita merasakan mati lampu seolah-olah kita mati langkah, apalagi sehari penuh benar-benar membuat kita mati kutu. Tenggorokan terasa tercekat dan sesak. Dalam keaadaan seperti itu  yang sebaiknya kita lakukan adalah   banyak berdoa,  berzikir, dan selawat.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat gelap seperti itu, saya menyalakan lilin.  Itupun hanya di toilet dan dengan menutup semua ventilasi yang bisa memperlihatkan adanya cahaya dari dalam. Agar toilet tetap terang hingga esok hari meskipun hanya titik kecil, saya menggunakan kapas dan minyak sebagai bahannya. Pintu agak dibuka sedikit untuk mengurangi rasa sesak di dada sehingga terlihat sedikit cahaya remang-remang dari dalam toilet. Ketika waktu 24 jam habis,   kondisi akan kembali  normal  dan orang-orang  melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Semoga bermanfaat.

(Ed. Haeriah Syamsuddin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun