Mohon tunggu...
Queen An
Queen An Mohon Tunggu... Penulis - Pemanah dan Penulis

Wanita sederhana yang punya mimpi besar. Menjadi pribadi yang berarti, memberi warna dalam setiap perjalanan kehidupan dan menjadi jalan bagi kebahagiaan orang lain. If you believe in yourself then everything will be possible

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Budaya Dress Code dalam Komunitas Perempuan

14 April 2021   12:25 Diperbarui: 14 April 2021   12:46 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ahmadroon77 on pinterest

By Queen

Hai,   fashion lovers!

Busana apa yang kamu pakai hari ini? Aksesoris seperti apa yang kamu gunakan?  Bagaimana pula dengan tas dan sepatunya?  Trendi nggak sih?  Mungkin hal-hal seperti itu sering ada di benak setiap perempuan ketika harus menghadiri secbuah acara .  Dalam masyarakat kita, kaum perempuan seolah mendapat tuntutan untuk selalu memperhatikan gaya berpakaiannya, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lain halnya dengan kaum lelaki yang simple tapi tetap enak dipandang mata. Meskipun ada saja sih,  lelaki yang  perfeksionis dalam berpenampilan layaknya kebanyakan perempuan. Namun tuntutan untuk berpenampilan sesuai tren biasanya lebih ditujukan kepada kaum hawa.  

Saya  seringkali bingung ketiha harus mengikuti tren berpakaian.   Salah satu penyebabnya adalah karena busana yang saya    miliki tidaklah  banyak, demikian pula dengan sepatu dan tas,dan  aksesoris  lainnya. Namun, bila hal ini terjadi, saya selalu berusaha mengingat apa yang telah orang tua saya ajarkan. Sejak dahulu emak saya tidak  pernah mengajarkan saya untuk berperilaku konsumtif dalam membeli pakaian.  Pola hidup sederhana seperti ini saya anut sampai sekarang sehingga arus tren berpakaian dari lingkungan luar tidak begitu memengaruhi keputusan saya dalam  berpenampilan.

Namun, tidak bisa kita pungkiri bahwa perkembangan zaman juga berefek pada perkembangan tren berpakaian. Dalam beberapa lingkup pergaulan, seperti di komunitas perempuan misalnya, sering kita temukan aturan berpakaian yang harus diikuti oleh seluruh anggota. Aturan berpakaian ini kita kenal dengan sebutan dress code.

Bagaimana sebaiknya kita menyikapi budaya dress code?    Mengingat bahwa kondisi dan tingkat ekonomi setiap orang berbeda. Keharusan mematuhi dress code  dapat menjadi  beban tersendiri  bagi sebagian orang.  Hal ini biasanya terjadi dalam komunitas yang berisikan kaum sosialita.  Setiap melaksanakan  suatu kegiatan, para anggota komunitas akan memublikasikan dokumentasi kegiatan di media sosial. Masyarakat yang melihat pun dapat menilai bagaimana gaya hidup para anggota komunitas dan pakaian yang mereka kenakan. Busana yang seragam, yang dilengkapi dengan tas, sepatu, serta aksesori yang senada, dapat memberikan kesan glamor bagi siapapun yang melihatnya. Padahal  paduan pakaian seperti itu membutuhkan biaya yang bisa dibilang tidak sedikit bagi sebagian kalangan masyarakat, bahkan bagi sebagian anggota komunitas itu sendiri.

Dress code seolah menjadi suatu kewaiban untuk ditaati oleh setiap anggota komunitas. Tentu setiap anggota berharap bahwa mereka bisa memiliki pakaian sesuai dress code seperti yang dikehendaki oleh kebanyakan anggota. Namun ada saja sebagian anggota yang mengeluhka karena harus mengeluarkan uang lebih banyak. Apalagi hal ini terjadi di masa pandemi seperti saat ini, yang mengharuskan setiap orang untuk dapat berhemat. Maka, supaya tidak dikatakan kuno atau tidak kekinian, mereka akan memaksakan diri untuk membeli pakaian sesuai dress code meskipun harus menyicil atau membeli barang seken. Namun saat pakaian ini tidak bisa dimiliki sama sekali, pada akhirnya mereka memilih untuk tidak hadir di pertemuan dengan berbagai macam alasan agar tidak dinilai sebagai orang yang tidak mampu. Ini menyedihkan , bukan?

 Seiring dengan berjalannya waktu, akan muncul kritikan dan masukan dari para anggota yang keberatan dengan dress code yang dinilai menghabiskan banyak uang.  Pengurus pada akhirnya akan mengambil jalan tengah agar semua anggota bisa mengikuti setiap gerak langkah komunitas. Standar dress code mulai disesuaikan dengan kemampan ekonomi kalangan menengah ke bawah. Opsi mengenakan pakaian berwarna sama pun  muncu untuk memudahkan anggota yang tidak mampu membeli pakaian yang ditentukan. Ini berarti anggota yang terbiasa berpenampilan mewah harus sedikit meerunduk agar bisa sejajar dengan  yang  lain.

Walaupun demikian, pada akhirnya perbedaan kelas antara anggota tetap saja akan terlihat. Meskipun harga pakaian bisa sama murahnya, tetapi aksesori pelengkap dress code tidak bisa dilupakan begitu saja. Sebagian orang yang meyakini bahwa harga yang mahal menunjukkan  kualitas barang yang bagus, akan  mencari aksesori pendamping yang tentunya juga membutuhkan biaya lagi..

Disamping kelemahannya yang telah dinilai di atas, dress code sebenarnya juga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kekompakan dan kebersamaan kelompok. Jika ada nilai kebaikan didalam penggunaan dress code  dan kamu memiliki kemampuan keuangan yang cukup,  maka tidak ada salahnya untuk memenuhinya. Tentu akan lebih bijak jika strata sosial  tidak dikedepankan dalam penentuan dress code.  Memaknai keseragaman penampilan untuk meningkatkan kualitas kelompok dan diri setiap anggota tentu akan jadi jauh lebih baik.

(Ed. Puti Annisa Utari)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun