Mohon tunggu...
QSEYLA ALIYA_PWK_UNEJ
QSEYLA ALIYA_PWK_UNEJ Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

:3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Pedagang Kaki Lima

22 September 2022   01:00 Diperbarui: 22 September 2022   01:06 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Adanya wabah virus COVID – 19 yang berlangsung cukup lama kurang lebih 2,5 tahun melanda di Indonesia tentunya berdampak pada banyak sektor, terutama pada sektor ekonomi. Pandemi ini membuat perekonomian negara, mulai dari masyarakat bawah, menengah, atas, sampai industri pun terkena dampaknya. 

Dikarenakan pada masa pandemi COVID – 19 ini para pekerja tidak diperbolehkan masuk bekerja. Hal ini berdampak pada banyaknya perusahaan yang tidak berproduksi. Tentunya hal tersebut membawa dampak kerugian bagi perusahan. Karena masa pandemi yang berlangsung cukup lama ini membuat banyak perusahaan mengalami kerugian dan kebangkrutan sehingga terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perusahaan tersebut tutup.

Dampak dari pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat masyarakat yang biasanya  rutin bekerja menjadi pengangguran. Dan ini berlangsung cukup lama. Kondisi ini semakin diperparah karena belum stabilnya perekonomian negara Indonesia maupun perekonomian dunia. Sehingga sampai saat ini, belum ada kesempatan bekerja di kantoran maupun di perusahaan. 

Di sisi lain kebutuhan sehari – hari dari masyarakat yang terkena pemutusan kerja  masih harus terpenuhi. Kondisi ini memaksa masyarakat untuk mencari solusi yang mudah agar mereka tetap mendapatkan penghasilan. Perlu dipahami, peluang yang paling memungkinkan untuk mendapatkan penghasilan yaitu membuka usaha kecil – kecilan, seperti berdagang.

Menurut KBBI berdagang merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan menjual dan membeli untuk memperoleh keuntungan. Banyak masyarakat yang akhirnya memilih berdagang secara online maupun offline. Berdagang offline yang paling memungkinkan dengan modal yang kecil, lokasi di tempat yang mudah didapat, berada di tempat keramaian, lokasi jualan yang terang akhirnya muncul pedagang kaki lima di pinggir jalan.

Mengapa pedagang kaki lima? Yang pertama yaitu karena dari lokasi yang strategis mereka tidak membutuhkan dana yang besar dan banyak untuk membuka tempat usaha berjualan. Para pedagang kaki lima bisa menumpang ataupun membayar setengah biaya listrik untuk penerangan gerobak mereka di toko ataupun rumah yang berada di pinggir jalan sehingga mereka tidak membutuhkan banyak biaya untuk membayar listrik. Karena dalam pembuatan tempat usaha menelan biaya yang cukup banyak, maka mereka (pedagang) mencari jalan untuk menekan biaya pembuatan tempat usahanya, yakni cukup membuat gerobak untuk ditaruh di pinggir jalan ataupun di depan rumah mereka.

Dampak dari pandemi dan lesunya perekonomian di negara kita, dan belum terciptanya lapangan pekerjaan, mengakibatkan banyaknya pedagang kaki lima yang sifatnya dadakan. Sehingga kita banyak dijumpai pedagang kaki lima ini di sepanjang jalan, bukan hanya di kota tapi merata sampai pinggiran kota.

Salah satu tempat favorit bagi pedagang kaki lima yakni lingkungan sekitar kampus. Mengapa ? Karena daerah tersebut dianggap tempat yang paling strategis, banyak mahasiswa yang tinggal di daerah kampus dan seringnya mereka mencari makan, minum maupun camilan. Pedagang kaki lima ini yang ada di sekitar kampus menjadi solusi bagi mahasiswa karena dianggap lebih murah harganya dibandingkan dengan yang ada di pujasera-pujasera.

Tetapi banyaknya pedagang kaki lima di pinggir jalan membuat kawasan tersebut menjadi kotor dan kumuh, karena tempatnya yang tidak tertata dengan baik dan jarak yang berhimpitan, sehingga tidak enak dipandang. Apalagi sisa -sisa sampah pedagang kaki lima ini tidak dibuang di tempat semestinya, tetapi dibuang di saluran air hujan, sehingga membuat kawasan tersebut menjadi bau dan menyebabkan terganggunya fungsi saluran air hujan. Tidak dipungkiri kehadiran pedagang kaki lima yang berjualan diatas trotoar sangat merugikan bagi pejalan kaki,  karena mereka tidak bisa menggunakan haknya berjalan di trotoar karena adanya gerobak atau meja dagangan, tetapi berjalan dipinggir jalan.  Kondisi ini sangat membahayakan para pejalan kaki.

Selain itu banyaknya pedagang kaki lima cukup meresahkan dari segi kesehatan, ini karena kurangnya kebersihan dalam menyiapkan makanan dan minuman. Selain itu tempat dan alat alat yang dipakai kurang perhatian. Air cucian yang jarang diganti sangat berbahaya dan dapat menjadi media penularan berbagai penyakit. Karena tidak tersedianya tempat mencuci alat-alat dan proses memasak berdampak kotornya lingkungan tersebut. Ini bisa dilihat bekas air cucian dan tumpahan minyak yang membekas dan lengket di trotoar.

Dampak yang nyata dari pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempat usaha dan mengkapling  lahan parkir sendiri-sendiri, mengakibatkan jalan semakin sempit dan imbasnya terjadi kemacetan. Dampak negatif lain yaitu merugikan para usahawan yang berada di dekatnya yang tertutup oleh lapak mereka yang membuat toko mereka tidak terlihat oleh konsumen, ini menyebabkan tidak berputarnya perekonomian toko-toko tersebut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun