Mohon tunggu...
QORI HANDAYANI
QORI HANDAYANI Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMKN 1 Koto Besar

Lahir dan Besar di Sumatera Barat, Dewasa di Yogyakarta, dan Mengabdii untuk Negara Tercinta "Indonesia" :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengapa "Memilih" Lahir di Indonesia?

23 Februari 2014   03:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa saya dilahirkan sebagai anak kedua dari pasangan suami-istri yang tinggal di Indonesia tepatnya Sumatera Barat, di tahun 1995?” saya masih saja berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan yang kemudian hanya saya sendiri nantinya yang mampu menjawab. Well, dunia ini luas kan ya, ada sekitar 193 negara (ada pula yang menyebut 196) negara di dunia. ada milyaran manusia juga yang telah tercipta. Tapi kenapa saya harus disini dan baru lahir saat ini? Kenapa saya tak dihadirkan di kehidupan zaman para raja-raja sebelum indonesia bersatu?

Saya masih menyimpan pertanyaan itu, dan sesekali menanyakan pertanyaan serupa untuk teman-teman dekat saya, “kenapa kamu lahir, tumbuh dan berkembang disini?” yang kemudian dijawab singkat oleh mereka “kamu gila ya?” atau “takdir”. Memang benar-benar benar, jika ini takdir. Namun jawaban itu belum mampu menyegarkan hati saya, dan baru kali ini saya menuliskannya lewat kata kata yang kadang tak saya tahu maknanya.

Pertanyaan sederhana itu terlintas secara tiba-tiba dan saya yakin ada jawaban memuaskan yang belum mampu saya temukan di sepanjang usia saya yang kini telah menginjak 19 tahun. Memang belum ada jawaban sempurna, hanya ada segelintir acuan-acuan dari runtutan perjalanan hidup selama ini, yang memberi clue hendak saya bawa ke arah mana diri saya dari kehidupan yang fana ini pada usia yang menurut saya sudah “seharusnya” cukup dewasa.

Seandainya saja manusia seperti saya ini dilahirkan di Amerika, Jepang, Korea,atau Inggris dan hidup diantara warga negara yang bersangkutan, tentu cara berfikir saya berbeda dengan saya yang lahir disini, di negara tercinta ini. atau andai saya lahir sebagai putri dari pangeran Charles tentu cara saya menjalani hidup berbeda dari saya yang menjadi putri pangeran sumatra (hehe). Per-andaian tersebut tentu tidak sedikitpun mengurangi rasa bangga, hormat dan cinta saya terhadap negara dan orangtua saya.

Satu hal yang ingin saya garisbawahi dibalik contoh yang saya berikan tadi adalah, kehidupan itu memang benar dipengaruhi oleh lingkungan dan keluarga. Maka saya yakin ada makna, dibalik kelahiran saya di negara Indonesia yang luas dan kaya dengan sumber daya alam dan budaya. Kaya akan berbagai perbedaan yang bersatu serta memiliki falsafah hidup yang begitu briliant. Seandainya saja saya dilahirkan di era penjajahan Portugis,Belanda atau Jepang, maka saya yakin, cita saya saat itu hanyalah memikirkan cara agar saya dapat mencapai kata “merdeka” bersama seluruh rakyat, bertekad untuk berdiri tegak di tanah sendiri. Pasti ada alasan mengapa Tuhan memberikan udara kebebasan dari awal kehidupan saya, tanpa pernah saya minta.

Lantas...?

Meski tak yakin, namun tetap saya percaya bahwa ada dua kemungkinan yang harus saya pilih jawabannya kelak. Apakah saya hanya akan menjadi penonton dari kemerosotan negara ini? Karena saya dilahirkan di era 90 an dan dewasa di era 2000an dengan kecanggihan teknologi yang merasuk dalam berbagai aspek kehidupan. Jauh berbeda dengan mereka yang Merosot dari bidang pemerintahan yangerat kaitannya dengan aspek moral yang menjadi dasar dari kehidupan pribadi masing-masing, . Ataukah saya turut memegang peran dalam mewujudkan cita negara bersama mereka, orang-orang yang masih optimis menuju perubahan? Harapan dan tekad selalu saya gantungkan pada opsi kedua ini, semoga saja tak hanya sekedar wacana.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun