Di tengah melonjaknya harga properti dan perubahan gaya hidup yang serba cepat, sebagian orang mulai mempertanyakan: "Apakah rumah masih jadi kebutuhan utama, atau cukup menyewa selamanya?"Â
Bagi saya pribadi, memiliki rumah sendiri tetap penting---bahkan wajib---karena ini adalah bagian dari memperkuat kemandirian hidup.
Rumah bukan hanya tempat berlindung. Ia adalah simbol stabilitas, ruang pribadi yang bisa kita bentuk sesuai nilai dan gaya hidup kita, dan tempat bertumbuh---baik secara psikologis maupun finansial.Â
Dalam jangka panjang, rumah adalah aset yang memberi keamanan saat kita sudah tidak lagi produktif atau saat menghadapi situasi darurat.
Namun, saya tidak menutup mata bahwa membeli rumah di kota besar, terutama bagi generasi muda, kini terasa seperti mimpi yang kian menjauh.Â
Harga rumah terus naik, sementara penghasilan seringkali stagnan atau naik tidak sebanding. Bukan hanya DP yang tinggi, cicilan KPR, pajak, dan biaya tambahan lainnya juga menjadi beban tersendiri.
Tapi apakah itu berarti kita harus menyerah pada mimpi memiliki rumah? Tidak juga. Saya percaya, mimpi memiliki rumah tetap bisa diwujudkan jika kita mau mengubah cara pandang.
Gaya Hidup Hybrid Membuka Peluang Baru
Salah satu perubahan besar yang patut kita syukuri dari perkembangan zaman adalah munculnya gaya hidup hybrid. Pandemi beberapa tahun lalu menjadi pemicu utama perubahan ini.Â
Banyak perusahaan kini sudah membuka opsi kerja dari rumah, atau minimal semi-remote. Hal ini mengubah secara drastis cara kita memandang lokasi tempat tinggal.
Kalau dulu, tinggal di kota atau dekat kantor adalah syarat utama, kini tidak lagi. Bekerja dari rumah sudah semakin diterima. Dan menurut saya, inilah celah yang bisa kita manfaatkan untuk mengejar impian memiliki rumah, dengan cara yang lebih realistis.