Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Copywriter yang tertarik pada isu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat | Humas Al Irsyad Purwokerto | Redaktur Suara Al Irsyad

Menulis kata, merangkai aksi, dan menumbuhkan harapan untuk dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hati-hati, Tak Semua Anak Nakal Harus Dibawa ke Barak

12 Mei 2025   10:56 Diperbarui: 12 Mei 2025   20:43 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak menuju barak militer (Sumber: kompas.com/Firman Taufiqurrahman)

Belakangan ini, saya banyak merenung tentang wacana pembinaan anak nakal dengan cara dibawa ke barak militer. Ini bukan isu baru, tapi kembali muncul di tengah kekhawatiran kita terhadap perilaku remaja yang dianggap makin sulit dikendalikan. 

Sedangkan di satu sisi, saya memahami niat baiknya: menciptakan generasi muda yang lebih disiplin. Namun di sisi lain, saya juga percaya bahwa pendekatan seperti ini tidak bisa diberlakukan secara menyamaratakan.

Saya ingin mengajak kita semua berhenti sejenak dan berpikir: benarkah semua anak nakal harus dibawa ke barak?

Label "Nakal" Bisa Jadi Menyakitkan

Sering kali, kita terlalu cepat memberi cap "nakal" kepada anak-anak. Hanya karena mereka membantah guru, sulit diatur, atau bolos sekolah, mereka langsung dianggap sebagai pembuat masalah. Padahal, bisa jadi mereka hanya sedang bingung, butuh perhatian, atau mengalami tekanan dari rumah dan lingkungan.

Perilaku "nakal" tidak selalu lahir dari niat buruk. Justru, itu bisa menjadi isyarat bahwa anak sedang berjuang dalam diam. Maka daripada langsung menyimpulkan mereka perlu "diperkeras", sebaiknya kita gali dulu apa yang sebenarnya mereka alami.

Siapa yang Mungkin Cocok Dibina di Barak?

Saya tidak menutup mata bahwa ada anak-anak yang memang sulit ditangani. Mereka yang sudah berulang kali melanggar aturan, terlibat kelompok destruktif seperti tawuran atau geng motor, bahkan menunjukkan perilaku agresif yang membahayakan.

Jika pendekatan pembinaan ala barak tetap dipertimbangkan, maka harus ada klasifikasi yang ketat dan asesmen menyeluruh. Anak tersebut sebaiknya:

1. Telah melalui berbagai pendekatan konseling sebelumnya, namun tanpa hasil.

2. Membutuhkan struktur yang sangat tegas untuk membantu mengontrol diri.

3. Mendapat persetujuan dari orang tua dan ahli psikologi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun