Mohon tunggu...
Qoirunnisa DewiLestari
Qoirunnisa DewiLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - English Literature Student

I'm still learning

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pencerminan Nilai Islam dalam Ideologi Bangsa Indonesia, Pancasila

23 Juni 2021   12:40 Diperbarui: 23 Juni 2021   12:58 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dr. Ira Alia Maerani; Qoirunnisa Dewi Lestari
Dosen FH Unissula; Mahasiswa Sastra Inggris, FBIK

Sejak masuknya Islam ke Indonesia dan mengalami perkembangan yang pesat, Islam menjadi agama mayoritas maayarakat indonesia. Maka tak heran apabila dalam kehidupan baik berbangsa, bernegara dan bermasyarakat banyak memperhatikan nilai dan norma keislaman. Dalam kehidupan berbangsa contohnya, seperti yang kita ketahui bahwa bangsa indonesia menganut ideologi Pancasila yang dalam perumusannya selain melibatkan para tokoh pahlawan nasional, juga tak lepas dari campur tangan ulama Islam.


Tokoh-tokoh Islam pada mulanya menganggap Pancasila tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman oleh karena itu, tokoh ulama besar turut serta dilibatkan dalam proses perumusannya, seperti K.H Wahid Hasyim yang merupakan tokoh NU serta ulama lain dari kalangan Muhammadiyah. Dengan keikutsertaan para tokoh ulama tersebut tentu diharapkan dapat menghasilkan Pancasila yang mencerminkan nilai-nilai keislaman.


Jika dilihat atau dibaca secara biasa atau eksplisit, memang tidak nampak bunyi sila-sila yang mencerminkan nilai keislaman. Tentu dibutuhkan analisis keterkaitan sila-sila Pancasila dengan sumber dari agama Islam entah itu dari sumber utama yaitu Al-Quran, hadits, maupun pendapat dan pemikiran ulama atau kyai bahkan sejarah atau kisah-kisah Islam. Maka dari itu, di artikel kali ini akan dibahas dan dianalisis bagaimana pencerminan nilai-nilai islam dalam setiap sila Pancasila yang merupakan ideologi bangsa.


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sangat sesuai dengan konsep ketuhanan Islam yang menganut dan menyembah satu Tuhan yaitu Allah SWT. Hal tersebut terbukti dijelaskan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 22 yang artinya  "Tuhan Kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa", serta dalam surat An-Nahl ayat 51 yang artinya "Dan Allah berfirman : Janganlah kamu menyembah dua tuhan, hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa".


Meski begitu, Ketuhanan Yang Maha Esa tidak hanya bermakna dan terpusat pada Islam. Ketuhanan Yang Maha Esa juga dapat bermakna bahwa setiap orang memiliki hak untuk memeluk satu agama atau keyakinan yang diyakininya. Seperti yang kita tahu bahwa sebelum Islam hadir dan berkembang di Indonesia, sudah ada berbagai kepercayaan dan agama yang dianut oleh masyarakat. Islam tidak pernah memaksa seseorang atau suatu kaum untuk memeluk Islam.Di sisi lain, Islam justru mengajarkan untuk menghormati sesama manusia dan menanamkan toleransi pada perbedaan contohnya agama.


Nilai tersebut tercermin melalui tindakan Rasulullah yang sangat menghormati dan menghargai pamannya Abu Thalib yang juga menghormati Islam sebagai agama yang diajarkan Rasulullah walaupun sampai akhir khayatnya beliau tidak memeluk Islam. Meskipun keluarga, Rasulullah tidak pernah sama sekali memaksa pamannya untuk memeluk Islam. Begitu pula dalam upayanya menyebarkan dan mempertahankan Islam Rasulullah tidak memberikan paksaan kepada kaum lain melainkan mengupayakan kesepakatan agar dapat hidup berdampingan dan saling menghargai.


2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sikap adil dan beradab merupakan kesadaran sikap untuk menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia terlepas dari latar belakang suku,ras, dan agama yang berbeda. Nilai tersebut juga diilhami oleh sila pertama seperti diatas dimana salah satunya adalah agama. Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa kita harus bersikap adil dan beradab terhadap sesama, yaitu dalam surat An-Nahl ayat 90 yang artinya "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,memberi kaum kerabat, dan Allah melarang dari berbuat keji."


Bersikap adil juga merupakan bentuk pencerminan kita dari sifat wajib Allah SWT. Selain itu, kita diperintahkan untuk berbuat kebajikan dan menghindari perbuatan keji karena perbuatan keji tidak sesuai mencerminkan bentuk penghormatan terhadap hak asasi manusia atau nilai kemanusiaan. Perbuatan keji contohnya pembunuhan,perzinahan,kejahatan kemanusiaan dan sebagainya. Perbuatan tersebut tentu akan menyebabkan banyak kehancuran terhadap kemaslahatan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun