ojol. Dinamika terjadi karena kompleksnya isu baik pada persaingan pasar ataupun "cawe-cawe" pemerintah yang memang seharusnya ada (wong namanya pemerintah). Regulasi harus jelas dan tepat tentunya, supaya mitra driver terlindungi keberlangsungan usaha dan pekerjaannya.
Revolusi Industri 4.0 ini semakin tak terbendung, dinamika paling nyata ada di angkutan daring atau ride hailing aliasGojek dan Grab adalah sebuah persaingan, prestise dan juga menjadi sebuah kajian yang menarik bagi awam. Dimulai dari munculnya Gojek sebagai Karya Anak Bangsa di Indonesia yang kemudian sangat booming bahkan menarik hati startup asing seperti Uber dan Grab.Â
Dengan konsep yang sama yaitu ride hailing, Uber dan Grab ikut menjamur dan jadi pilihan masyarakat karena kemudahan yang ditawarkan.Â
Awalnya tidak ada perhatian dari pemerintah selain membuka kesempatan seluas-luasnya dan didukung penuh untuk berkembang oleh Presiden Jokowi.
Masih ingat wacana penghapusan ojek online karena tidak ada regulasi dan payung hukum untuk moda tersebut? Ketika itu Menteri Perhubungan Jonan mengumumkan akan menghapus sampai keluar produk hukum terkait ojol.Â
Masyarakat (pengguna jasa dan mitra driver) protes keras dan selang sehari Presiden Jokowi sendiri yang memastikan ojol tidak dilarang dan biar terus berkembang.Â
Kebutuhan akan ride hailing alias ojol memang sangat tinggi tanpa ada survey atau kajian, keluar rumah dan nikmati Jakarta pasti ijo-ijo bersliweran mengantar penumpang dan pesanan.
Persaingan bisnis selalu menajam ketika bisnis mulai berjalan dengan prospek yang cerah kedepan, Uber jadi korban dan akhirnya menghilang dan dimerger oleh Grab.Â
Walaupun drivernya saat itu justru ribuan pindah ke Gojek karena terkait sistem rekrut, validasi dan juga keamanan bagi ce-es (konsumen pemakai jasa).Â
Saat itu ex driver Uber pindah ke Gojek karena sekali daftar langsung bisa "ngebid" sedangkan jika ke Grab harus ribet proses mutasi perusahaan.
Muncul 2 pemain besar, yang pertama adalah Gojek sebagai Karya Anak Bangsa dan Grab yang asli Malaysia. Persaingan mereka seru untuk disimak baik ditataran driver ataupun konsumen, mulai dari pelayanan dimana Gojek lebih sedikit kasus yang merugikan penumpang dibanding Grab yang hampir tiap bulan terjadi serangan dan pelecehan seksual sampai akhirnya Grab meluncurkan tombol darurat.Â