Mohon tunggu...
Qeira Munawwari
Qeira Munawwari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis yang baru belajar menulis

Gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hutan Hitam Putih dan Sang Kegelapan

19 September 2022   21:30 Diperbarui: 5 Oktober 2022   22:49 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Aku bergerak mendekat dan memeluknya hati hati. Hatiku menghangat dan jantungku berdebar debar menunggu kata kata mama selanjutnya.


“Sayangku, kemaren setelah sumsum tulang paha Mama diambil dan di periksa, ternyata  tidak di temukan sel kanker. Dan setelah pemeriksaan ulang oleh Dokter Spesialis Onkologi, ternyata tulang mama rapuh dan gampang patah ini bukan disebabkan oleh kanker, tapi karena ada suatu tumor jinak di leher Mama, namanya tumor paratiroid. Dan coba tebak, kalau tumornya di angkat maka mama bisa sembuh kaaak, Alhamdulillah..”, katanya sambil tertawa kecil.


“Benarkah, Pa?”, wajahku mendongak kearah Papa, sementara Mama masih memelukku.


“Betul, Freya, Mama masih akan bersama kita”, Papa tersenyum, dan meraih kami kedalam pelukannya.Aku membenamkan kepalaku ke dalam pelukan mereka berdua, tidak hentinya berucap syukur di dalam hati.


“Sebenarnya hanya satu hal yang Mama takutkan, Kak, kalau sempat mama benaran sakit kanker. Mama takut meninggalkan kalian berdua, Kamu dan Raya..”, ucap mama, ia kembali menangis, tapi kali ini bukanlah tangisan putus asa lagi, tapi Mamaku menangis haru karena kebahagiaan.


***
Setelah sekali lagi menjalani operasi pengangkatan tumor paratiroid, akhirnya Mama perlahan mulai membaik. Kegigihan dan semangatnya sudah kembali 100 %,latihan fisik dan fisioterapi dengan rajin di lakukannya. Suara tawa dan selera humornya kembali menghangatkan keluarga kami.


Mimpi hitam putih tidak pernah lagi aku alami. Mimpiku kembali penuh warna. Terkadang aku masih memikirkan sang kegelapan dan kenari yang tidak pernah kutemui lagi. 

Apakah mereka benar benar nyata, atau hanyalah sekedar mimpi. Apakah karena ketakutan yang begitu besar ditinggal selamanya oleh mama, membuat alam bawah sadarku menciptakan sendiri sosok sang kegelapan. Ataukah sang kegelapan adalalah wujud ketakutan dan frustasi serta kesedihan yang selalu ku tekan dalam dalam dan tidak kubiarkan keluar kepermukaan. 

Entahlah. Yang terpenting sekarang adalah mensyukuri setiap waktu yang masih bisa kuhabiskan bersama keluargaku. Terimakasih kenari, dimanapun kamu berada, terimakasih telah mengingatkan bahwa aku adalah manusia yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun