Mohon tunggu...
Qeira Munawwari
Qeira Munawwari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penulis yang baru belajar menulis

Gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hutan Hitam Putih dan Sang Kegelapan

19 September 2022   21:30 Diperbarui: 5 Oktober 2022   22:49 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


“Halo Freya, perkenalkan, aku adalah sang kegelapan, penguasa hutan mimpi ini.”, suaranya serak dan licik.

Aku terkejut dan merasa ngeri, tapi hanya sebentar. Setelah keberanianku muncul, aku memberanikan diri bertanya kepadanya.
“Apakah Kau yang menjebakku kedalam hutan mimpi ini setiap malam?”, seruku. Aku merasa jengkel dan marah sekarang. Rasa frustasi ku yang menumpuk membuat emosiku meningkat.


“Kau benar. Aku adalah kegelapan dan hobiku adalah menarik energi kebahagiaan dari manusia. Seperti yang telah aku lakukan kepada mamamu. Aku telah mengnyerap sinar kehidupannya. Dia perlahan lahan akan meredup hingga tenggelam dalam kegelapan, bersamaku”, ucapnya , lalu mulai tertawa terbahak bahak.


Seketika aku berlari kearahnya membabi buta. Tapi dia begitu licah, tidak tergapai oleh tangan ku. Kutarik sebuah ranting dari sebuah pohon lapuk dan ku ayunkan kepadanya,tapi ranting itu hanya menebas bayangan. Ia tidak bergeming sedikitpun. Suara tawanya membahana kegirangan melihat usahaku yang sia sia. Setelah beberapa saat aku kelelahan dan terbangun dari mimpiku.

***
Hari ini, aku menjenguk Mama di rumah sakit. Ketika aku berada di depan pintu kamar, terdengar olehku sedu sedannya, mengiris hatiku. Aku menarik nafas panjang, mengumpulkan sisa sisa keceriaan yang masih ada, mengetuk pintu dan mengeraskan suara memanggilnya,

“Mamaaa…, Freya datang membawa makanan kesukaan Mama..”, kataku sambil membuka pintu kamar. Mama terlihat tersenyum diantara airmatanya yang berlinang. Papa berdiri disampingnya, sambil menggenggam tangan mama yang gemetaran. Sejak Mama jatuh sakit, wajah Papa yang semula tampan terlihat menua hanya dalam waktu singkat. Aku berjalan mendekat menuju mama dengan perasaan was was.


“Ada apa Ma? Mengapa Mama menangis?”, aku bergegas meraih tissue dan membersihkan air matanya.


“Freya, sore nanti mama akan menjalani operasi untuk membetulkan kaki Mama yang patah . Didalam kaki Mama harus di pasang besi agar bisa sembuh. Sumsum tulangnya akan di ambil, untuk melihat apakah ada sel kanker di dalamnya”, Papa menjelaskan kepadaku.


Mama lalu meraih tanganku dan mengenggamnya, “Freya, kalau misalnya Mama tidak bangun lagi setelah operasi ini , Kakak jaga Raya baik baik ya, dan ingatlah selalu bahwa Mama selalu sayang kakak, Mama minta maaf karena tidak bisa menemani Kakak dan Raya tumbuh dewasa..”, lalu Mamaku kembali menangis tersedu sedu.


Aku hanya bisa diam, tidak memasuk kata kata itu kedalam kesadaran pikiranku, tidak mau mencernanya, tidak mau menerimanya, tidak mau memikirkannya. Sambil berjuang menumpulkan perasaanku, kuambil tissue lagi dan ku usap lagi setiap tetes air matanya yang mengalir di wajah Mamaku. Aku tidak mau Mama melihatku terpuruk, aku tidak ingin menambah bebannya. Aku berusaha menjadi kuat. Aku anak sulungnya, anak sulung yang bisa di andalkan.


Akhirnya Mama bisa tenang dan tertidur dalam tangisnya. Sepertinya obat penenang yang di berikan ibu perawat tadi mulai bekerja.
“Freya, terimakasih sudah membawa barang-barang keperluan Mama ya, sekarang kamu bisa pulang. Kasihan Raya, dia pasti kesepian kalau kita semua disini. Biarlah papa saja yang merawat mama ya”, kata Papaku. Aku mengangguk, dan memutuskan untuk pulang.
***
Malamnya aku begitu bertekat untuk melenyapkan Sang kegelapan. Kemarahan berkobar kobar didalam hatiku,aku tidak akan membiarkannya merenggut kebahagiaan ku. Aku tidak tahu, apakah yang dikatakannya itu benar, tetapi aku butuh tujuan dan sesuatu untuk di lakukan,aku akan melenyapkannya malam ini dan menyudahi mimpi muram berwarna hitam putih ini. Tidak seperti malam malam sebelumnya, aku tidak sabar untuk cepat jatuh terlelap kealam mimpi dan segera membuat perhitungan dengan nya, Sang kegelapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun