Mohon tunggu...
Yoga Sadhu
Yoga Sadhu Mohon Tunggu... Guru - Hanya Pemula

Blog :yogasadhu23@blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekuatan Provinsi Bali Masa Pandemi: Adat dan Tradisinya

14 Februari 2021   18:46 Diperbarui: 14 Februari 2021   18:54 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngayah. sumber gambar : www.kulkulbali.co

Sebelum pandemi  Bali merupakan primadona pariwisata bagi dunia.  Secara ekonomi provinsi ini sangat bergantung dari pariwisata sebagai pemasukanya. Namun, ketika pandemi covid-19  menyerang dunia Bali bak daerah yang kosong. Kuta, Nusa Dua dan Ubud seakan seperti daerah yang ditinggalkan, begitu sepi. Namun ada suatu kekuatan utama yang dimiliki masyarakat Bali pada masa pandemi yang entah kapan akan berakhir yaitu adat dan tradisinya. " COVID TAK AKAN MENGHALANGI ADAT DAN TRADISI", itulah suatu prinsip dasar masyarakat Bali dalam menjalankan adat dan tradisi di tengah ancaman virus covid-19.  Pariwisata begitu maju di Bali tak lepas dari adat dan tradisi yang sanggup memikat banyak wisatawan dari berbagai negara. Lalu mengapa adat dan tradisi budaya Bali tetap kuat dan kokoh walaupun pariwisata dan ekonomi Bali " porak poranda " diterjang covid-19 ?.

Pertama dalah masyarakatnya yang taat dan selalu menjalankan tradisi leluhurnya dalam keadaan apapun. Tradisi tidak lepas dari peran leluhur atau jika disebut dalam istilah "Pitra" atau "Tetua/Tetuan" . Segala sesuatu yang sudah dijalankan oleh para leluhur dari jaman dahulu, wajib hukumnya untuk ditaati dan dilaksanakan  oleh semua keturunanya sampai generasi manapun.  Untuk itulah tradisi tidak bisa dikalahkan oleh bencana apapun itu dan situasi apapun itu. . Ambil contoh sederhana adalah mecaru. Tradisi persembahaan binatang dan unsur alam di Bali tidak pernah tidak dilakukan walau di tengah pandemi. Begitupun dengan upacara adat dan agama.  Tidak akan ada masyarakat Bali walaupun dengan keterbatasan biaya mengadakan sebuah ucapara adat atau agama. Mereka bisa mengadakanya sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang paling penting adalah bagaimana cara masyarakat menunjukkan rasa bhakti dengan leluhur mereka dengan terus menjalankan tradisi tanpa terpengaruh situasi apapupun.

Kedua adalah kebersamaan masyarakat Bali yang tinggi. Ngayah merupakan tradisi leluhur yang saat ini dipegang oleh masyarakat Bali dalam menjalani kehidupan adatnya. Para orang dewasa akan bergotong royong bersama-sama mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan upacara adat dan agama. Dalam ngayah juga ada istilah nampah yaitu menyembelih binatang sebagai sarana persembahan upacara  seperti ayam, bebek, dan babi. Setelah itu ada tradisi ngejot yaitu membawakan makanan hasil dari kegiatan menyembelih/ nampah ke rumah-rumah masyarakat.Tradisi ini juga tidak hilang selama pandemi hanya saja dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat. Tradisi ini menunjukkan kebersamaan masyarakat Bali dalam menyongsong sradha bhakti dengan leluhur. Baik pria maupun wanita semuanya akan selalu tertawa dan tersenyum gembira karena kebersamaan adalah obat untuk menghilangkan kesedihan sebagai dampak dari covid-19. Hal ini menjadi bukti bahwa kebersamaan dalam tradisi akan selalu dapat mempersatukan seluruh elemen masyarakat Bali .

Ketiga adalah kepercayaan. Landasan yang paling mendasar dari poin pertama dan kedua adalah kepercayaan. Kekuatan yang selalu melekat di benak masyarakat Bali sekalipun bencana dan musibah menimpa. Mereka percaya leluhur dan sang pencipta akan senantiasa melindungi mereka dari segala jenis musibah dan bencana termasuk pandemi. Mereka berkeyakinan para leluhur sudah menciptakan adat dan tradisi untuk meminta sebuah anugerah dan perlindungan dari sang pencipta dan para genrasinya lah yang bertugas untuk tetap melestarikan dan melaksanakan adat, tradisi, dan budaya Bali agar tidak akan tergerus oleh modernisasi yang lambat laun akan berkembang di Bali.

Setidaknya walaupun pariwisata dan ekonomi di Bali porak poranda tak lantas membuat adat dan tradisi juga ikut hancur. ketaatan, kebersamaan serta kepercayaan adalah kunci dibalik kokohnya pariwisata saat ini. Tentunya dengan terus dijalankanya adat dan tradisi di Bali , saat situasi normal kembali Bali akan selalu dirindukan dan dikunjungi lebih banyak wisatawan . Jika pariwisata mati Bali masih ada , namun jika adat dan tradisinya menghilang maka Bali akan ikut menghilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun