Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan PDIP Memperkuat Citra Kerakyatan Ganjar

10 Juni 2022   08:25 Diperbarui: 10 Juni 2022   08:58 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putu Suasta / Dokpri

Demikian juga dengan Jokowi. Sebelum resmi dicalonkan PDIP pada Pilpres 2014, sempat muncul ketegangan dan serangan dari elit-elit PDIP terhadap Jokowi. Dukungan luas dari publik kemudian memaksa PDIP menertibkan semua penolakan dan mengambil keputusan untuk mencalonkan Jokowi. Demikian juga dengan sosok Ahok. Sebelum resmi diduetkan dengan Jarot dalam Pilkada DKI, sejumlah elit PDIP menyerang Ahok dan mencoba menghalangi jalannya untuk mencalonkan diri kembali sehingga muncul relawan-relawan yang berusaha membuka jalan baginya untuk maju secara independen. Lagi-lagi reaksi publik memaksa PDIP mengambil keputusan yang bertentangan sikap-sikap antipati yang sebelumnya ditunjukkan partai tersebut.

Bersandar pada Elektabilitas Kader

Dari contoh di atas, para pengamat politik menyakini bahwa ketengangan antara Ganjar dan PDIP sesungguhnya hanya riak dalam secangkir kopi (meminjam istilah Pramodya Ananta Toer). Riak kecil itu akan segera berubah tenang ketika kontestasi politik semakin dekat dan partai tak memiliki calon yang bisa mengimbangi elektabilitas Ganjar. Elektabilitas Ganjar yang terus meningkat tidak mungkin bisa diabaikan oleh PDIP secara terus menerus.

Bagaimanapun setiap partai politik pada akhirnya akan mengedepankan kalkulasi politik yang rasional. Dengan tingkat party ID yang masih sangat rendah di Indonesia, partai secara praktis hanya bisa bersandar pada daya tarik para kader populis untuk mendulang suara. Party ID adalah istilah teknis dalam studi sosial politik yang mengukur kedekatan masyarakat dengan partai politik.

Menurut survei Indiktor Politik Indonesia tahun lalu, party ID di Indonesia hanya 6,8 persen. Artinya, dari semua responden survei hanya 6,8 persen yang mengaku dekat dengan salah satu atau lebih partai politik. Berbekal data ini, kita meyakini bahwa partai politik tidak mungkin bisa memenangi pemilihan hanya dengan mengandalkan citra, program dan kampanye partai.

Masyarakat lebih mudah merasa dekat dengan sosok politik daripada dengan partai politik. Karena itulah partai yang berhasil memenangi Pemilu dalam beberapa periode terakhir adalah partai yang memiliki kader populis atau mengusung sosok populis. Dengan kata lain, perolehan suara terbesar partai datang dari mekanisme efek ekor jas (coat tail effect) yakni pengaruh elektabilitas seorang tokoh terhadap elektabilitas partai yang diasosiasikan dengan tokoh tersebut.

PDIP berhasil memenangi Pemilu dua periode terakhir secara berturut-turut karena memiliki kader-kader populis. Efek ekor jas dari elektabiltas kader-kader populis tersebutlah yang membuat PDIP berjaya. Karena itu sangat tidak masuk akal jika PDIP pada akhirnya merelakan Ganjar beralih ke partai lain. Serangan-serangan PDIP pada Ganjar bisa jadi hanya strategi untuk membuat tokoh tersebut untuk terus berada dalam sorotan sehingga elektabilitasnya terus naik. Yang pasti, semua serangan tersebut membuat citra kerayakan Ganjar semakin kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun