Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan PDIP Memperkuat Citra Kerakyatan Ganjar

10 Juni 2022   08:25 Diperbarui: 10 Juni 2022   08:58 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Putu Suasta / Dokpri

Bara perseteruan antara PDIP dengan Ganjar Pranowo mulai menyala jauh sebelum tahapan Pilpres 2024 dimulai. Menurut pantauan penulis, berbagai media mulai mengamplikasi pernyataan-pernyataan keras elit-elit PDIP terhadap Ganjar Pranowo sejak akhir tahun 2020, bersamaan dengan semakin intensnya sorotan terhadap profil dan kiprah Ganjar sebagai salah satu calon potensial yang akan  berlaga di Pilpres 2024.      

Di luar pernyataan-pernyataan keras dari para elit yang terus dilontarkan hingga sekarang, sikap denial dan antipati PDIP terhadap Ganjar terekam dalam 3 momen penting. Pertama, acara pengarahan untuk kader oleh ketua DPP PDIP Puan Maharani pada 22 Mei 2021. Ganjar tidak diundang dalam acara yang dihadiri semua kepala daerah dari PDIP se-Jawa Tengah tersebut. Kedua, saat Puan Maharani meresmikan Pasar Legi di Solo (Jawa Tengah) Ganjar tidak terlihat hadir mendampingi putri ketua umum tersebut. Ketiga, Ganjar juga tidak hadir dalam acara halalbihalal yang dihelat PDIP di Semarang.

Bukan Bagian dari Elit Politik

Ganjar selalu berusaha memberi alasan-alasan diplomatis atas ketidakhadirannya dalam tiga acara penting di atas. Dia juga tidak pernah bersikap reaktif terhadap semua serangan verbal dari elit-elit PDIP baik yang mencela ambisinya menuju 2024, maupun yang mengingkari secara langsung prestasinya sebagai kepala daerah. Karena itu, publik kemudian memposisikan Ganjar sebagai sosok yang terjolimi dalam ketengangan dengan PDIP yang telah berlangsung lama dan cukup awet hingga sekarang.

Ganjar secara formal tentu bagian dari elit politik PDIP. Namun serangan bertubi-tubi dari partai berlambang banteng tersebut membuat publik mempersepsikan Ganjar sebagai bagian dari non-elit. Citra seperti ini memudahkan publik untuk mengidentifikasi seorang tokoh politik sebagai bagian dari mereka.

Salah satu perubahan mencolok dalam psikologi politik masyarakat Indonesia sejak dimulainya pemilihan langsung adalah peralihan preferensi dari sosok elit ke sosok kerakyatan. Sosok-sosok pujaan publik bukan lagi yang tampil gagah perkasa dan bukan lagi yang tampil elit dari segi material maupun dari segi kekuasaan. Masyarakat cenderung lebih mengidolakan sosok-sosok humble, dengan pembawaan sederhana tanpa retorika bombastis. Perkembangan media sosial kemudian menambah satu kriteria yakni keaktifan dan kefasihan menggunakan media sosial. Politisi yang aktif di media sosial lebih mudah diasosiasikan masyarakat sebagai bagian dari diri mereka karena turut menggunakan media yang digunakan masyarakat kebanyakan.

Semua kriteria tersebut ada dalam diri Ganjar Pranowo. Pembawaan, cara bicara dan kemampuannya memasimalkan media sosial membuatnya menjadi salah satu figur politik idaman masyarakat. Generasi milenial hingga sekarang masih mengagumi inisiatif Lapak Ganjar yang aktif mempromosikan produk-produk UMKM masyarakat. Berbagai kesaksian tentang pembawaannya yang sederhana dan tidak protokoler juga semakin sering disebarkan di media sosial. Dengan citra seperti ini, sangat masuk akal mengapa muncul reaksi pembelaan terhadap Ganjar di tengah masyarakat dalam ketegangan yang dimunculkan oleh PDIP.

Selain itu, dari sisi kultur ketimuran, masyarakat lebih mudah berpihak pada sosok non-elit yang terjolimi. Dalam berbagai ketengangan politik di negeri ini kita telah menyaksikan bagaimana masyarakat dengan mudahnya bersikap antipati pada kekuatan besar dan bersimpati pada pihak yang lebih lemah.

Penggunaan istilah "petugas partai" oleh para elit PDIP saat mengkritik Ganjar, membuat publik mengasosiasikan PDIP sebagai kekuatan besar yang berusaha merisak sosok Ganjar yang lebih kecil. Maka tidak mengherankan sikap reaktif terhadap PDIP justru datang dari masyarakat sendiri, bukan dari Ganjar. Pola seperti ini pernah kita saksikan pada ketegangan SBY dengan Mengawati lebih dari satu dekade lalu. Setelah diberhentikan dari jabatan menteri dan dirisak secara politik, SBY memanen simpati serta dukungan luas dari publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun