Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerakan Budaya dari Sudamala

27 Mei 2019   19:05 Diperbarui: 27 Mei 2019   21:40 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peluncuran Buku Dr. Jean Couteau "Myth, Magic and Mystery in Bali", di Sudamala 

Bali identik dengan tradisi budaya yang kuat. Itu bukan hanya citra atau hasil polesan industri pariwisata, tetapi sebuah kenyataan an sich (istilah populer Jerman untuk menggambarkan keadaan sebagaimana adanya). Nilai-nilai kebudayaan yang berakar kuat dalam masyarakat Bali dapat kita amati langsung dalam kehidupan sehari-hari: perilaku, relasi sosial, mata pencaharian, cara pandang dan sebagainya. 

Berabad-abad nilai-nilai budaya itu mengalami proses internalisasi hingga menjadi bagian dari jati diri yang secara tak sadar terus melekat erat dalam diri tiap individu masyarakat Bali. Para pelancong, ilmuan, bahkan penjajah dari Barat kemudian menemukan keunikan budaya itu, mencoba mengartikulasikannya, kemudian mempopulerkannya sebagai salah satu bagian penting dari eksotisme budaya Timur yang mesti dijaga kemurniaannya.

Gerusan Bisnis Pariwisata

Sampai kemudian, di masa kontemporer hari ini, Bali masih mengedepankan aspek budayanya. Namun pergerakan budaya Bali bukan lagi berlangsung secara alami sebagaimana orang Bali dalam sejarah masa lampau, melainkan pergerakan budaya yang meninjau secara kritis atas perubahan-perubahan yang terjadi. 

Bali yang sedemikian terbuka terhadap nilai luar menyebabkan ia rentan terhadap benturan kultural yang menyebabkan sejumlah aspek nilai dan tipografi Bali melenceng terlalu jauh. Pergeseran karena sikap yang terlalu permisif dari orang Bali dan peluang materi yang demikian besar menyebabkan terjadinya tindakan pengabaian terhadap kesadaran nilai asal.

Pembangunan dalam arti fisik secara masif menggerus banyak hal di Bali. Lebih spesifik, gelombang besar pariwisata sejak awal dasawarsa 80-an mulai melenakan orang-orang Bali. 'Pariwisata adalah raja di Bali'. Ia bukan saja menjanjikan kesejahtaraan melampui yang diharapkan, melainkan juga menjanjikan perubahan-perubahan yang hingga kini belum juga disadari oleh masyarakat Bali. 

Hari ini, tipografi berbagai wilayah di Bali tak sama lagi, misalnya, dengan tipografi di masa tahun 80-an. Denpasar, beberapa wilayah Badung, beberapa wilayah Gianyar, beberapa wilayah Tabanan dan Buleleng, kini tak sama lagi dibandingkan dalam satu dasawarsa lalu.

Tinjauan-tinjauan kritis sebetulnya telah mulai dilontarkan oleh para generasi muda di masa pertengahan tahun 80-an lewat diskusi-diskusi kaki lima yang dilakukan oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam paguyuban Diskusi Merah Putih. Karena masih dalam kekuasaan rezim Orde Baru yang represif, mereka mengelabuhi para intel yang memata-matai sepak terjang mereka dengan pada awalnya berdiskusi perihal seni budaya. 

Lalu tradisi itu kembali dihidupkan pada 1999 dengan memanfaatkan ruko tiga lantai milik salah seorang rekan pergerakan. Dengan nama Forum Merah Putih, mereka saat itu tak perlu lagi 'bersembunyi' mengungkapkan tinjauan kritis mereka terhadap berbagai persoalan di Bali, terutama perihal kekuasaan.

Kuatnya gerusan dan gempuran berbagai kepentingan di Bali sejauh ini belum juga 'menyadarkan' orang Bali dari berbagai kepentingan yang dijejalkan di Bali. kesejahteraan yang telah terbangun bagi masyarakat Bali pun tak membuat mereka lebih kritis, malahan terjadi sebaliknya. Bagi mereka, investasi yang masuk ke Bali, misalnya, adalah sebuah berkah dan abai melihat kemungkinan hal lain yang tergeser karenanya. Terlalu permisifnya masyarakat Bali membuat mereka yang berinvestasi dalam properti dan lain-lain dalam bidang pariwisata demikian mudah terlaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun