Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... -

Politisi Partai Demokrat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Idul Fitri, Momentum Memperkuat Ikatan Kebangsaan

15 Juni 2018   08:39 Diperbarui: 15 Juni 2018   09:01 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjelang bulan Ramadhan tahun ini kita sempat dikejutkan dan bahkan dibuat panik oleh serangkaian peristiwa tragis yang mengoyak rasa kemanusiaan. Kondisi itu menaikkan tensi tahun politik yang sebelumnya telah terasa panas.

Persaingan dalam Pilkada serentak dan persiapan menuju Pilpres 2019 membuat tokoh-tokoh politik dan pemerintahan di negeri ini tidak bisa satu suara dalam menyikapi peristiwa yang terjadi. Hasutan-hasutan melalui kabar bohong (hoaks) saling bergantian. Membuat jagat media sosial menjadi amat bising dengan debat-debat kusir yang kerap menjurus pada aksi saling tuding dan saling menyalahkan. Tak sedikit warga yang merasa kahwatir dan was-was dengan kondisi ini.

Kemudian bulan Ramadhan tiba. Kekahwatiran itu berangsur sirna. Yang kita saksikan kemudian adalah semangat kebersamaan dan jalinan silaturahmi terutama lewat aneka acara berbuka bersama. Aksi bagi-bagi takjil di pinggir jalan dan berbagai tempat lainnya menambah semarak semangat kebersamaan dan rasa persaudaraaan.

Satu minggu terakhir perhatian kita telah beralih pada fenomena mudik. Hampir seluruh stasiun televisi, portal-portal berita dan aneka media lain mengabarkan suasana mudik di seluruh penjuru negeri ini. Puluhan juta warga Indonesia melalukan perjalanan pulang kampung agar dapat merayakan hari kemenangan bersama sanak keluarga. Sebuah tradisi yang telah berlangsung puluhan tahun dan menjadi salah satu ciri khas yang menambah meriahnya lebaran. Kemeriahan yang menandakan suka cita menyambut hari kemenangan, Idul Fitri.

Kendati tidak pernah belajar tentang ajaran Islam secara formal, saya tahu bahwa Idulfitri adalah perayaan kemenangan. Perjumpaan dengan teman-teman, saudara, rekan kerja dan kolega yang beragama Islam selama puluhan tahun memberi saya pemahaman batiniah yang kuat tentang pesan yang terkandung dalam Hari Raya Idulfitri.

Setiap bulan Ramadhan tiba, saya menyaksikan mereka berpuasa serta berupaya memusatkan hati dan pikiran ke iktiar spiritual, religius dan menyisihkan hasrat-hasrat duniawi yang destruktif. Saat Idulfitri tiba, mereka merayakannya dengan semarak, meriah, penuh syukur dan sukacita.

Bagi saya pribadi, sebagai penganut agama Hindu, menyaksikan suka cita yang terpancar dari wajah teman-teman dan kenalan yang mudik dan sedang bersiap menyambut Idul Fitri, adalah sebuah perayaan kehidupan. Ikatan afektif dengan mereka karena kebersamaan baik sebagai rekan kerja, teman sekolah-kuliah, maupun tetangga serta merta membuat saya ambil bagian dalam suka cita yang mereka rasakan menguatkan kesadaran saya bahwa hidup ini pantas dan mesti dirayakan.

Hidup ini memang tidak selalu berjalan sempurna. Masalah tidak pernah selesai. Di Indonesia, kita masih menghadapai aneka persoalan sebagai sebuah bangsa. Tapi semua persoalan yang muncul di negara ini (bahkan di seluruh dunia) bersumber dari ketidaksempurnaan manusia. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin dirinya tidak akan terjerumus ke dalam kesalahan atau kenistaan.

Pengakuan atas kelemahan manusia ini secara tegas diajarkan saudara-saudara saya yang beragama Islam selama bulan Ramadhan yang akan berakhir sebentar lagi. Besok saya akan menyaksikan dan mendengarkan pesan mereka akan pentingnya membuka hati-pikiran untuk saling meminta dan memberi maaf. Sungguh sebuah perayaan kehidupan yang paripurna.

Tidak perlu rasanya tinjauan teologis atau filosofis bagi kita untuk turut ambil bagian dalam suka cita sesama. Ikatan kemanusiaan dan ikatan afektif berkat perjumpaan sehari-hari sejatinya membuat semua manusia dengan mudah berbagi suka maupun duka. Saat ini, saudara-saudara saya beragama Islam sedang bersiap menyongsong hari suka cita. Maka serta merta saya juga turut bersuka cita.

Karena itu, saya mengajak keluarga, teman dan semua kenalan untuk berpaling sejenak dari hiruk pikuk debat dan gonjang-ganjing politik yang membuat media sosial dan kehidupan harian kita lumayan bising dalam beberapa bulan ini. Penuhilah kanal-kanal media sosial, diskusi di rumah dan di komunitas-komunitas kita dengan ucapan selamat penuh optimisme. Ini adalah satu langkah kecil tapi sangat efektif untuk memperkuat jalinan kebangsaan yang mesti terus menerus kita rawat bersama. Jika segenap warga dapat menyingsingkan perbedaan dan menunjukkan kepedulian yang tulus satu sama lain, niscaya kita akan terus berdiri kokoh sebagai sebuah bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun