Mohon tunggu...
Putu Yudyaheri
Putu Yudyaheri Mohon Tunggu... Jurnalis - 100% Human

Manusia biasa yang belum selesai dengan dirinya sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nyayian Tonggeret: Bentuk Syukurku Hidup di Indonesia

20 Mei 2016   10:30 Diperbarui: 20 Mei 2016   18:39 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tonggeret, sumber foto: www.lifo.gr

Serangga bersuara nyaring itu bernama tonggeret. Mungkin karena di belakang rumah banyak pepohonan tinggi, sekawanan tonggeret betah bernyanyi berlama-lama. Konon, nyanyiannya adalah pertanda musim kemarau segera tiba. Lengkingannya yang setia membelah pagi, membuat saya terjaga dari mimpi. Untuk kedamaian ini, saya merasa sangat bersyukur. Jauh berbeda dengan kondisi Muhammad, kenalan saya. Ia yang saat ini mengais ilmu di Suriah, kerap dibangunkan oleh suara ledakan bom dan roket yang menghujani Damaskus.

“Awalnya memang terasa mencekam dan berat. Namun akhirnya, suara-suara roket dan ledakan sudah seperti makanan sehari-hari,” ia bercerita.

Seperti dua tahun yang lalu saat saya mengenalnya, Muhammad, masih tetap optimis dan penuh semangat. Saya ingat ketika menanyainya mengapa ia masih bertahan belajar Suriah, padahal selama lima tahun terakhir berkecamuk perang yang mencekam. Jawabannya lagi-lagi mencengangkan. Ia merasa lebih mudah belajar di masa-masa konflik karena kebanyakan mahasiswa asing di Suriah telah pulang kampung. Kampus agak lengang. Pengajian-pengajian yang digelar juga tidak terlalu ramai. Kesempatan baginya untuk terus belajar tanpa khawatir berdesak-desakan seperti sebelumnya.

Beruntung sekali, saya hidup di Indonesia.

Namun ketika terjadi teror di Sarinah beberapa bulan yang lalu, timbul sedikit kekhawatiran di hati. Apalagi, tidak sedikit dari warga Indonesia yang telah bergabung dengan kelompok-kelompok ekstremis, baik yang berangkat ke Timur Tengah ataupun yang mendukung dari Indonesia. Data intelejen pada tahun 2015 menunjukkan ada 800 WNI yang telah bergabung dengan ISIS. Aksi-aksi kejam yang dilakukan kelompok esktremis ini selalu muncul setiap hari di media massa. Duh Gusti Allah, jangan sampai bencana di Suriah terjadi di Indonesia.

Saya mengapresiasi kebijakan anti-terorisme yang diambil pemerintah. Di sektor hulu, pemerintah merangkul ormas keagamaan di Indonesia untuk memberikan counter attack atas doktrin atau ideologi jihad yang salah kaprah yang sering digunakan oleh kelompok ekstremis untuk melegitimasi tindakan barbar. Sementara di hilir, aparat keamanan juga bertindak melawan kelompok-kelompok teroris di Indonesia.

Namun pertanyaannya adalah, apakah hal itu sudah cukup?

Ada semacam propaganda yang disebarkan dengan masif oleh kelompok tertentu, bahwa NKRI dan Pancasila bukanlah sistem pemerintahan yang tepat. Propaganda serupa ini banyak ditemukan di berbagai tempat, mulai dari aksi-aksi demonstrasi, pamflet pinggir jalan, mading kampus, maupun seminar. Yang sangat mengherankan, masih ada pejabat pemerintah kita yang bersifat abu-abu. Di satu sisi, mereka adalah pejabat yang dibiayai negara, namun menunjukkan dukungan kepada kelompok-kelompok yang anti Pancasila dan NKRI dengan dalih menghormati kebebasan berpendapat.

Suriah adalah bukti nyata. Sebagaimana Indonesia, rakyat di negara sekuler itu terdiri dari beragam agama, etnis dan suku. Kita memiliki Bhineka Tunggal Ika, sedangkan Suriah memiliki al din lillah; wal wathan li al jami’(agama untuk Allah, negara untuk masyarakat). Selama puluhan tahun, Suriah adalah negara yang ramah. Namun setelah kemunculan kelompok ekstremis yang ingin mendirikan khilafah-- Suriah adalah mimpi buruk. Tidak ada lagi kedamaian, negara itu tenggelam dalam peperangan yang mencekam.

Namun saya yakin, dari Suriah kita bisa belajar.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun