Mohon tunggu...
Putri Silaban
Putri Silaban Mohon Tunggu... -

merayu dalam menulis, berfikir kritis tapi tetap berimajinatif.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Resiko Punya Mama Wanita Karir? “Yes!”

11 Juni 2014   01:29 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:20 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ada yang bertanya, “Mama kamu sibuk ya?” maka dengan lantang saya menjawab, “Yes!”. Mengapa saya menjawab yes? Saya tidak dapat menjelaskannya dengan detail. Mungkin tak cukup hanya dengan membaca artikel ini dapat memahami jawaban tersebut. Boleh dengan mendatangi rumah saya lalu menjalankan aktivitas bersama dengan saya dan keluarga selama sehari dirumah agar dapat menerka mengapa saya memberi jawaban tersebut.

Tentu kita masing-masing dilahirkan dari sosok yang sama, yakni mama. Tapi apakah masing-masing sosok mama yang kita punya itu semua sama juga? Lewat satu pertanyaan bisa muncul berjuta-juta jawaban yang berbeda pula pendapatnya. Baiklah. Saya akan memulainya dari sosok mama yang ada dirumah saya sendiri. Sama seperti mama-mama yang dimiliki oleh orang lain. Dia adalah wanita yang super dahsyat bagi anak-anak dan suaminya. Dibalik kedahsyatan yang ia pancarkan ia selalu mempunyai sejuta cara agar ia dapat membahagiakan anak-anaknya. Bangun pagi selayaknya baru saja mendengar rumah yang digedor-gedor warga karna baru saja kemalingan. Kapan saja selalu was-was akan pendengaran yang ia miliki walaupun sepulas apa pun ia tertidur. Sebelum matahari mengintip pun ia sudah beranjak dari tidur malamnya untuk mendampingi dan mempersiapkan kewajibannya di pagi hari. Semua hanya untuk keluarganya. Menghidangkan sarapan, membereskan rumah dibagian mana saja yang masih tak tertata ia tuntaskan dengan serapi mungkin. Sebelum jam ia bergegas pergi meninggalkan rumah semua harus sudah selesai dan tepat ia sikat layaknya seorang pembalap. Berangkat sesudah anak-anak pergi sekolah, pun bapak juga sudah beranjak kerja. Namun, apakah kalian pernah tahu dibalik kedahsyatan yang ia gunakan setiap hari dirumah ada saja yang selalu ia sembunyikan. Lagi-lagi ia selalu memanfaatkan kedahsyatannya itu untuk menutupi agar kami anak-anaknya tak tahu.

Mama memang seperti itu. Yaa, akan selalu begitu. Ia selalu menutupi hal-hal yang berbau pekerjaan yang menurutnya tidak penting jika diumbar-umbar ke anaknya. Pekerjaan mama yang baru memang membuat banyak perubahan dirumah. Dulunya mama adalah seorang pengajar (guru) di sekolah SD. Tapi karena keuletan dan jiwa kepemimpinan yang selalu mama tampilkan pada saat diluar sekolah, maka mama dipercayai untuk naik jabatan di salah satu sekolah tidak jauh dari sekolah mama yang lama. Jabatan yang mama gandengi sekarang yakni menjadi Kepala Sekolah (Kepsek) di sekolah SD Negeri juga, sama saat sekolah mama dulu hanya saja berbeda lokasi dan berbeda jabatan.

Jika ada yang bertanya “mama kamu hebat?” maka dengan suara khas saya yang melengking ini saya menjawab, “Yeeesssss!”

Ada banyak waktu pastinya yang mama kantongi setiap harinya. Kinerja mama memang sungguh dahsyat. Tak hanya di dalam rumah saja, tapi di segala tempat pun mama selalu menyahajakan kedahsyatannya itu. Dengan kesungguhan yang setiap hari mama ciptakan dengan beribu ide saat ia mengajar dulu. Tak heran kalau mama di naikkan jabatannya dari seorang guru menjadi Kepsek. Kepintaran yang mama miliki memang dahsyat melekat sampai sekarang. Tak lekang walau badai hujan menghujat mama sekalipun takkan goyah. Saat dulu pula saya diperkenalkan dengan sekolah dimana tempat mama mengajar selama itu. Seiring berjalannya waktu pun mama mudah dikenal semasa mama masih menjadi seorang pengajar hingga sekarang menjadi kepsek. Memang mama orang yang tegas, pandai, suka pemperhatikan siswa-siswinya. Dari segi penampilan hingga apa isi tas yang dibawa oleh pelajar berseragam merah putih itu habis diperhatikan oleh mama. Kedahsyatan mama membuat siswa-siswinya mengenal karakter mama di dalam kelas maupun diluar kelas. Mama menjadi guru yang disegani, disegani oleh para siswanya, oleh para orang tua tempat mama mengajar, maupun sesama guru yang bekerja di sekolah yang sama.

Apa boleh buat, mama sekarang sudah tidak menjabat sebagai guru lagi. Kepsek sudah menjadi keharusan mama menggauli banyak poin-poin penting juga kewajiban tugas yang harus dituntaskan oleh mama setiap harinya. Jika saat dulu mama hanya berkewajiban untuk mencerdaskan serta mengubah moral juga akhlak anak-anak bangsa. Maka saat ini mama dihadapkan berpuluh-puluh tugas yang setiap harinya dibalapkan oleh kedahsyatan mama. Maka setiap hari pula rumah bersabar menanti belaian mama yang dulu masih bisa tersentuh oleh mama. Tak hanya rumah, tentu anak-anak dan bapak yang sepulang kerja juga pasti merasakan itu.

Mama memang begitu. Dan akan selalu begitu. Anak-anak menjawab begini, maka ia menjawab begitu. Tak adil memang, jika siang hari rumah ini selalu saja seperti tak berpenghuni. Ketika pagi penghuni rumah sibuk untuk meninggalkan rumah. Maka berbeda pula dengan kabarnya siang hari dirumah sendiri, yang ada hanya suara televisi yang sengaja saya nyalakan. Karna sepinya rumah membuat tangan saya gatal untuk menyetel berbagai acara tv. Ini memang tak sama halnya saat dahulu saya yang masih bisa berbincang-bincang sama mama ketika sepulang kuliah. Sekarang? Jangankan berbincang-bincang, menarik topik yang enak untuk diperbincangkan pun sulit. Mengingat mama yang sepulang dari sekolahnya sudah disapa lagi pada rumah yang minta disentuh.

Selain itu mama juga selalu di unjuk oleh atasannya diluar sana untuk harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang membuat mama kembali lagi untuk mengantongi waktu banyak diluaran sana dibanding dirumah. Bahkan untuk menginap pun mama terkadang menginap di hotel berhubung kegiatan yang dilaksanakannya adalah seperti seminar sehari atau dua hari, diklat selama seminggu atau lebih, dan masih banyak lagi kegiatan yang di ikuti oleh mama. Inilah yang membuat saya harus menjadi pengganti mama dirumah ini.

Saya tak pernah mendengar kata lelah dirumah ini. Begitu pula saya yang jarang melontarkan kata itu. Walaupun terkadang saya lelah dari sepulang kuliah lari ke dapur untuk memasak makan siang dirumah lalu membereskan sana sini yang seharusnya memang sudah kewajiban saya. Karena saya tahu, orang-orang dirumah pasti sama halnya seperti saya. Kadang saya pernah sepulang kuliah sampai jam sore, bisa pula karna dosen, bisa pula karna organisasi yang saya geluti di luar kampus. Tapi itu tak menjadi alasan saya untuk maju terus menyentuh rumah lalu membelainya. Karna saya tahu, mama lebih lelah dibanding dengan saya yang masih belia ini. Sedangkan mama terbilang sudah tua usianya tapi semangatnya untuk kerja urusan sekolah bak bumi disambar petir, begitu cekatan mengambil tindakan. Selain itu mama juga sedang mengambil gelar magisternya di sela-sela waktunya yang awet dalam kejar-kejaran. Dahsyat! Sudah tua saja masih semangat untuk belajar mencapai titik tertingginya pendidikan. Bagaimana dengan kita anak-anak muda pencerah masa depan bangsa?

Maka tak luput saya bangga pada mama sendiri. Untuk apa jauh-jauh bangga sama orang lain, sosok mama yang ada dirumah kita saja sudah menjadi keharusan bagi kita untuk bangga setiap harinya. Ingatlah, mama juga seorang manusia. Yang bisa juga lengah ataupun lupa pada kewajibannya di rumah. Tapi ketahuilah itu terjadi diluar dugaannya, bukan disengaja ataupun direncanakan olehnya.

Kita sebagai jiwa muda mungkin sudah sewajarnya menetralisirkan keadaan menjadi utuh. Ini juga sudah menjadi resiko bagi kita yang menjadi seorang anak ditengah-tengah keheningan rumah. Saling membopong, saling memperhatikan, juga saling mengisi. Bukan malah sebaliknya, meninggalkan rumah lalu keluyuran untuk hal-hal yang tidak penting. Banyak hal-hal yang menyenangkan juga mendatangkan manfaat bagi kita yang kesepian jika berada dirumah, sama halnya seperti saya ini.

Jika ada yang bertanya lagi, “Resiko punya Mama wanita karir?” maka saya menjawab pelan, “Yes!” lalu mengakhirinya dengan senyuman :)

Inilah cerita seputar mama dan karirnya yang membuat keadaan rumah berubah. Hingga membuat saya mencatat hari-hari kesunyian dimana saat-saat saya menanti kepulangan mama. Sudahlah menjadi resiko saya menjadi seorang anak yang mempunyai seorang mama wanita karir yang dahsyat untuk keluarganya.

Lantas saya bertanya “Bagaimana dengan cerita kamu tentang mama?”

Medan, 06 June 2014

Putri Silaban.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun