Pada tanggal 22 Desember 2018, peristiwa tsunami yang disebabkan oleh letusan Anak Krakatau di Selat Sunda menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung, Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tsunami disebabkan pasang tinggi dan longsor bawah laut karena letusan gunung tersebut. Gunung Anak Krakatau yang memicu tsunami di Selat Sunda merupakan satu dari 127 gunung berapi aktif di Indonesia. Tsunami ini diyakini disebabkan karena adanya letusan gunung berapi yang diikuti tanah longsor di bawah laut. Sayangnya, tidak ada getaran seismik yang signifikan untuk mengindikasikan datangnya tsunami. Juga memberikan waktu yang sedikit bagi pihak tanggap bencana untuk memberikan peringatan kepada masyarakat.
Gelombang tsunami ini menimbulkan banyak pertanyaan, apa penyebab sebenarnya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menduga ada dua peristiwa yang memungkinkan menjadi pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda tersebut, yakni aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda. Namun hal itu pun masih dalam penyelidikan oleh pihak tertentu.