Mohon tunggu...
Putri Rizky
Putri Rizky Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecandu kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tengah Malam saat Aku Menciummu

27 Oktober 2013   11:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada banyak hal di dunia ini yang seperti tak pernah diberi ruang untuk dicintai.

Malam ini, aku memutuskan untuk membenci denting sendok yang kau mainkan dalam cangkir kosong itu sejak tadi.

Setengah mati kucoba berkawan dengan dialog tanpa kata-kata di antara kita. Tapi, upayamu untuk membunuh kesunyian yang memekakkan ini rupanya lebih sia-sia.

Bukan begini semestinya. Bersamamu, aku tak pernah gagal membangun bertumpuk-tumpuk cerita. Biasanya, kamu bahkan lupa pada apa saja yang ada di atas meja karena terlalu sibuk mencari cara untuk menjegal tawa.

Kuamati cairan pahit di gelasmu yang sudah tandas tak bersisa. Pasti bukan karena suka, tetapi lebih untuk membuang jemu saja. Dan kue di sampingnya itu bukannya tak menerbitkan selera, atau tak layak rasanya. Tapi entah bagaimana, hening yang kita susun berdua ini membuatnya seolah cuma pemanis meja.

Seperti ribuan malam kita yang lalu, sedetik pun tak pernah kupindahkan tatapanku darimu. Kalau sudah begitu, rekahnya senyummu biasanya tak perlu lagi kutunggu. Melengkapi jari-jari kita yang saling berpagut itu, di dasar bola matamu kutemukan bahasa yang paling tak lihai berdusta.

Sejumput napas baru saja kuhela.

Kini lihatlah dirimu. Bahkan pandanganmu seperti ditambat di meja dengan paku.

Kamu pasti belum tahu. Isi dada ini sudah sejak tadi kuasah agar jadi sekeras batu. Tak bakal rapuh oleh apapun yang kau pendam di balik redup wajahmu itu. Atau bahkan mungkin sudah kuasah sejak kali pertama kita bertemu?

Jika ini adalah sandiwara bisu yang kau ciptakan untuk kita berdua, terus terang aku tak mampu menjadi pemeran utamanya. Bagaimana bisa kau kemudikan peran sutradara dengan begitu sempurna?

"Alin, ada apa?" Aku tak tahan. Takut terjerembab makin dalam di bisingnya kesunyian yang kita ciptakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun