Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Cara Menjadi Konselor yang Peka Terhadap Klien

1 November 2017   23:22 Diperbarui: 1 November 2017   23:29 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konselor merupakan seseorang yang membantu memeberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan masalah klien. Sebagai seorang konselor dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima kepada klien. Terlebih masalah setiap klien berbeda maka dari itu berbeda pula cara penanganannya.

Konselor tidak hanya melihat masalah secara general, tetapi konselor diharapkan mampu membangun kepekaan terhadap klien. Sebagai contoh ketika seornag klien bercerita mengenai masalahnya, maka konselor harus bisa menggali informasi yang lebih spesifik dengan cara memandang masalah klien dari sudut pandang yang berbeda. Konselor harus bisa menempatkan dirinya sebagai orang yang netral agar diakhir konsultasi mendapatkan penyelsaian masalah yang paling solutif.

Maka untuk membangun kepekaan tersebut perlu diketahui beberapa poin penting sebagai berikut:

Pertama, Membantu individu untuk merasa dipahami secara mendalam

Berfikir secara mendalam yang bagaimana? Mendalam disini diartikan sebagai seorang konselor diharapkan bisa mengarahkan pokok permasalahan secara spesifik. Kebanyakan dari klien menempatkan dirinya sebagai korban dari permasalahan. Ya, pasti tidak ada seseorang yang akan bercerita bahwa dirinya adalah pelaku penyebab masalah, semua orang pasti akan memposisikan dirinya sebagai korban masalah walaupun pada kenyatannya belum tentu demikian. Nah, sebagai konselor harus bisa menetralkan diri dalam menyikapi setiap klien, tujuannya apa? Ya agar tidak salah dalam pendiagnosaan dan penyelesaian masalahnya.

Kedua, Memperjelas cara berfikir klien

Memperjelas cara berfikir klien dengan cara memahami klien secara mendalam, baik dari latar belakangnya, tingkah lakunya maupun lingkungannya. Jadi, jika klien memceritakan suatu masalah akan berbeda pola cara berfikirnya disebabkan karena faktor eksternal yang  mempengaruhinya. Selanjutnya adalah ketika konselor sudah mengetahui faktor eksternal dari klien maka konselor bisa mengarahkan dan memperjelas cara berfikir klien dalam memandang suatu masalah.

Ketiga, Memusatkan evaluasi pada klien

Tahap selanjutnya, evaluasi pada klien sangat dibutuhkan sebagai bentuk ukuran monitoring dalam setiap jenjang penyelesaian masalah. Evaluasi bisa saja sifatnya persensi dari masalah klien apakah konselor dapat menangani dengan baik atau tidak. Sebgai bentuk evaluasinya dapat berupa hasil tes psikologi akhir yang hasilnya akan dibandingkan dengan tes psikologi pada saat awal klien konsultasi.

Keempat, Pendiagnosaan yang tepat dan solutif

Setelah mengetahui data statistik dari hasil tes psikologi klien, maka tahap akhir adalah pendiagnosaan masalah dan konslelor memeberikan solusi jitu yang paling tepat untuk menyelasikan masalah klien.

Demikian cara menjadi konselor yang peka kepada klien, apakah anda tertarik menjadi konselor?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun