Mohon tunggu...
putrimedyalestari
putrimedyalestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura

Saya memiliki kepribadian yang suka bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kecerdasan Buatan dan Etika, Menavigasi Tantangan Moral dalam Penggunaan Artificial Intelligence (AI)

28 November 2024   06:35 Diperbarui: 28 November 2024   06:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kecerdasan Buatan (AI) telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, mengubah banyak aspek kehidupan manusia terutama mahasiswa. Dari aplikasi dalam mobil otonom hingga sistem rekomendasi di media sosial, AI telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi dengan teknologi. Namun, kemajuan pesat ini juga memunculkan sejumlah tantangan moral dan etika yang perlu kita hadapi. 

Sebagai contoh, AI tidak hanya mengubah cara kita bekerja, tetapi juga bagaimana kita memahami privasi, tanggung jawab, dan keadilan. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa isu etika utama yang muncul dalam penggunaan kecerdasan buatan, serta bagaimana kita bisa menavigasi tantangan moral yang ditimbulkannya.

1. Privasi dan Penggunaan Data Pribadi

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam penggunaan AI adalah isu privasi. Sebagian besar aplikasi AI bergantung pada data besar (big data) untuk mempelajari pola dan membuat prediksi. 

Sebagai contoh, aplikasi berbasis AI dalam bidang kesehatan dapat menganalisis riwayat medis untuk memberikan diagnosis atau rekomendasi pengobatan yang lebih akurat. Namun, untuk melakukannya, AI membutuhkan akses ke data pribadi yang sangat sensitif, seperti informasi kesehatan, lokasi, atau riwayat perilaku online.

Masalah muncul ketika data pribadi ini dikumpulkan tanpa izin yang jelas atau transparansi yang memadai. Banyak pengguna tidak menyadari bahwa informasi pribadi mereka digunakan untuk melatih sistem AI, yang dapat menimbulkan kerentanan terhadap penyalahgunaan data, peretasan, atau pemanfaatan untuk tujuan yang tidak diinginkan. 

Oleh karena itu, penting bagi perusahaan yang mengembangkan dan menggunakan AI untuk menerapkan kebijakan perlindungan data yang ketat, memastikan bahwa pengguna diberi hak untuk mengontrol informasi pribadi mereka, serta memperoleh persetujuan yang jelas tentang bagaimana data mereka digunakan.

2. Bias dan Diskriminasi dalam Algoritma AI

AI bekerja dengan memproses data dan menggunakan algoritma untuk mengenali pola atau membuat keputusan. Namun, jika data yang digunakan untuk melatih algoritma tersebut sudah mengandung bias atau ketidaksetaraan, maka AI pun berisiko mengulang atau bahkan memperburuk bias yang ada. 

Misalnya, dalam sistem rekrutmen berbasis AI, jika data historis menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan yang diterima adalah laki-laki, maka AI yang dilatih dengan data tersebut bisa jadi akan lebih memilih kandidat laki-laki, meskipun secara objektif kandidat perempuan lebih memenuhi kualifikasi.

Diskriminasi berbasis ras, jenis kelamin, usia, atau latar belakang sosial-ekonomi juga dapat terjadi dalam sistem kredit berbasis AI, di mana algoritma mungkin memberikan penilaian yang lebih buruk kepada individu dari kelompok tertentu meskipun mereka memiliki kelayakan yang sama dengan individu lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun