Mohon tunggu...
Putri Mahardika
Putri Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa prodi pendidikan matematika dari Universitas Negeri Medan yang hobby membaca dan mengikuti kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengelola Emosi Negatif dengan Filosofi Stoa

30 November 2022   13:08 Diperbarui: 30 November 2022   13:24 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Putri Mahardika & Dr. Edy Surya, M.Si.

Universitas Negeri Medan

 

Mengelola Emosi Negatif Dengan Filosofi Stoa

Filosofi Stoa atau Stoisisme atau yang lebih dikenal dengan filosofi teras merupakan sebuah filosofi yang berasal dari Yunani Kuno. Filosofi ini ada sejak 2000 tahun lalu yang diperkenalkan oleh Zeno. Awalnya Zeno melakukan pelayaran dari Phoenicia ke Peiraeus melintasi laut Mediterania dengan membawa dagangan serta barang-barang mewah. Namun ditengah perjalanan kapal yang membawa Zeno dan seluruh barang dagangannya karam dan membuat Zeno terdampar di Athenia.

Suatu hari Zeno mengunjugi sebuah toko buku di Athenia dan menemukan buku-buku filsuf. Kemudian Zeno mempelahari berbagai filsuf yang berbeda dan mengajarkannya di sebuah teras berpilar (dalam Bahasa Yunani disebut Stoa). Filosofi Stoa mengajarkan manusia untuk merespon masalah atau peristiwa yang tidak menyenangkan dengan pikiran yang jernih dan tenang, serta tidak mencemaskan hal-hal yang tidak bisa dikendalikan oleh manusia. Filosofi Stoa juga mengajarkan manusia untuk menghindari emosi negatif dan hidup dengan kebajikan atau bagaimana hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya menjadi manusia.

Filosofi Stoa mengusung kebahagian sebagai ataraxia, berasal dari kata Yunani ataraktos (a=not, dan tarassein= to trouble) yang berarti not troubled. Kebahagian merupakan jiwa yang tenang dan damai yaitu "tiada gangguan". Dalam istilah lain juga dikatakan sebagai apatheia, kata Yunani (a=not dan pathis=suffering). Sehingga apatheia adalah situasi dimana manusia free from emotions, free form sufferings, and freedom from all passions. Kebahagiaan bagi kaum Stoa bersifat "negatif logis" yaitu tiadanya penderitaan, tiadanya emosi, tidak diganggu nafsu-nafsu (seperti amarah, kecewa, rasa pahit, dan rasa iri hati).

Bagi kaum Stoa bahagia itu sederhana yakni ketika terbebas dari emosi atau perasaan yang mengganggu. Kunci kebahagiaan bagi Stoa adalah ketika terhindarkan dari nafsu-nafsu yang tidak jelas, kecanduan atau addicted pada sesuatu yang berlebihan, marah, kehilangan kendali, dendam, kecemasan yang obesif, rasa kesal yang berlebihan yang dirangkum dalam empat jenis emosi negatif yaitu: iri hati, takut, rasa kesal atau pahit, dan rasa senang-nikmat. kaun stoa menempatkan kebagiaan dalam ketenangan batin (peace of mind).

Perlu diingat rasa bahagia tidak sama dengan kenikmatan (kesenangan) uang, makan, minum, seks, atau posisi jabatan tinggi serta kekuasaan. Ketenangan batin tersebut bisa dicapai lewat askesis (exercise, Latihan). Epictetus mengatakan bahwa sumber sebenar-benarnya dari segala keresahan dan kekhawatiran ada di dalam pikiran manusia, dan bukan hal atau peristiwa diluarnya. Dalam filosofi Stoa atau filosofi teras dipisahkan antara apa yang ditangkap oleh indra (impression) dan interpretasi/makna atas yang dilihat dan didengar (representation).

Kebahagiaan sejati datang dari hal-hal yang bisa dikendalikan yaitu pikiran, persepsi, dan pertimbangan kita sendiri. Untuk melatih mengendalikan emosi negatif dapat dilakukan dengan Langkah S-T-A-R (Stop, Think & Asses, Respond).

  • STOP (berhenti). Begitu merasakan emosi negatif, secara sadar harus berhenti duhulu jangan biarkan diri terus larut dalam perasaan tersebut.
  • Think & Asses (dipikirkan dan dinilai). Sesudah menghentikan proses emosi sejanak memaksakan diri untuk berpikir secara rasional untuk mengalihkan dari emosi negatif. Kemudian, mulai menilai (asses) bertanya kepada diri sendiri "apakah emosi terjadi karena sesuatu yang di dalam kendali saya atau di luar kendali saya?"
  • Respond. Sesudah menggunakan nalar selanjutnya kita memberikan respon berupa ucapan atau tindakan yang sudah sesuai dengan penggunaan nalar/rasio yang sebaik-baiknya dengan prinsip baik, adil (fair), menahan diri tidak terbawa perasaan/emosi), dan berani (courage).

Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagian sejati datang dari hal-hal yang ada dibawah kendali. Kebahagian datang dari dalam diri. Menggantukan kebahagiaan dan kedamaian kepada hal yang tidak bisa dikendalikan seperti perlakuan orang lain, opini orang lain, status dan popularitas, kekayaan, dan hal diluar kendali lainnya adalah tidak rasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun