Khoirul Umam, Sepenggal Kisah Mahasiswa Ilmu Komunikasi dari Sawah

Siang itu, keringat membasahi tubuhnya. Pakaiannya pun nampak lusuh terkena bercak tanah dan sesekali tangannya yang kecoklatan itu sedang memegang ponsel. Katanya, hampir setiap hari dia duduk di bawah pohon sembari memandang hamparan tanaman cabai yang terbentang di sawah milik orang tuanya. "Petani cocok tanam ya sebatas kebutuhan hidup itu, kak." Itu kebiasaan barunya ketika saya bertanya apa yang dilakukannya di sela-sela kuliah online. 

Khoirul mulai serius melihat layar ponsel, mencari kelas yang akan ia masuki di laman google classroom. Semenjak ada kebijakan oleh kampusnya, Universitas Respati Yogyakarta, terkait perkuliahan dilakukan secara online, Khoirul membayangkan bahwa kuliah online itu enak. "Eh ternyata pas dijalanin mending kuliah manual aja," ungkapnya kecewa. 

"Karena capek tugas terus. Pas udah buat tugas eh kena kendala di jaringan." Beberapa kali tangannya menerbangkan ponsel ke udara, berusaha menangkap sinyal mungkin. Ketika loading internet kembali berjalan, Khoirul mengecek ruang diskusi yang sudah diisi oleh dosen dan komentar dari teman-temannya. Lampiran materi dan tugas juga sudah muncul di layar. Untung saja, biasanya dia sering terlambat mengumpulkan tugas bahkan tidak ikut kuliah sama sekali. 

"Aku gak pernah bilang ke dosen-dosen takutnya nanti aku dibilang nggak siap dan nggak niat buat kuliah," curhatnya. 

Ketika ditanya mengenai kuliah selama pandemi covid-19, sambil menghela nafas Khoirul menjawab, "Tidak hanya memahami materi saja, ketika kuliah di masa covid-19 ini saya kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas dengan jangka deadline yang sangat singkat sehingga kadang tidak cukup waktu untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen sehingga tugas yang dikumpulkanpun tidak maksimal, yaa...menurut saya ini butuh perjuangan ekstra di masa pandemi covid-19 ini." 

Meski merasa bingung bagaimana harus mengembangkan skill di tengah pandemi yang menurutnya semua serba terbatas. Untung tempatnya kuliah di Prodi Ilmu Komunikasi mengadakan kuliah bersama praktisi dan beberapa musisi yang mendukung perkuliahan. "Menurut saya sangat bagus tuh belajar bareng praktisi soalnya sudah berpengalaman dan sudah sukses juga."

Panas matahari mulai terasa membakar kulit. Tanah sawah yang tadinya berwarna coklat tua dan basah mulai berubah kering. Khoirul kembali turun ke sawah ketika sudah berhasil menyerahkan tugas yang menurutnya tergolong ringan di google classroom. Meski harus membagi waktu antara kuliah dan membantu orang tua, laki-laki berusia 22 tahun itu tidak keberatan karena dari situlah ia bisa membeli kuota. 

"Alhamdulillah, dia mau bantu kami. Padahal kami nggak minta dibantu. Kan dia katanya ada kuliah apa itu online." Cerita Ibunya sembari menyuguhkan makanan yang tadi dibawanya dari rumah. 

Selesai dengan pekerjaannya, Khoirul kembali berniat melihat laman dan mendapati mata kuliah yang mengharuskan tugas menganalisis. Ia pun kembali menghela nafas panjang. Baginya, kemunculan tugas seperti itu tergolong berat. Ponselnya tidak mendukung ditambah lagi membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakannya. Akhirnya, kedua kakinya memutuskan melangkah pulang ke rumah.

(Wahyu Putri Kirnansah)