Tentu! Berikut ini versi artikel yang disesuaikan dengan gaya penulisan khas Kompasiana---yang cenderung personal, reflektif, dan mengundang pembaca untuk berdiskusi. Kompasiana menyukai tulisan yang membumi, berangkat dari pengalaman atau pengamatan pribadi, serta relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebuah Kalimat yang Selalu Muncul
"Duh, aku nggak punya baju..."
Padahal kalau dilihat sekilas, isi lemarinya sudah hampir nggak muat. Tapi tetap saja, kalimat itu seperti mantra yang sering muncul, terutama saat mau keluar rumah, ke undangan, atau bahkan ke kantor.
Saya pun sebagai perempuan pernah (dan sering) mengucapkan itu. Anehnya, setelah membeli baju baru, masalahnya nggak selesai. Besok-besok muncul lagi rasa yang sama: nggak punya baju.
Lalu saya mulai bertanya, sebenarnya apa yang sedang terjadi?
1. Gaya Hidup yang Semakin Kompleks
Perempuan masa kini memerankan banyak peran sekaligus.
Di satu sisi jadi ibu rumah tangga, di sisi lain harus tampil profesional saat rapat Zoom. Weekend harus siap hangout bareng teman, belum lagi kalau ada undangan resmi atau keperluan sosial lainnya.
Tiap momen menuntut gaya yang berbeda. Mau tidak mau, lemari jadi seperti 'kostum panggung'.
Masalahnya: satu jenis baju jarang bisa menyesuaikan semua situasi.
Jadi saat berkata "aku nggak punya baju", mungkin maksudnya bukan tidak punya secara harfiah melainkan tidak punya baju yang 'pas' untuk kebutuhan saat itu.
2. Mood dan Perasaan: Lemari Ikut Terpengaruh
Suatu pagi saya buka lemari, dan rasanya semua baju terlihat salah. Terlalu ketat, terlalu gelap, terlalu membosankan. Padahal itu baju-baju favorit saya sebelumnya.
Baru saya sadar: ternyata bukan bajunya yang salah. Tapi mood saya.