Mohon tunggu...
Putri Dwi Arianti
Putri Dwi Arianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pottered, Peniphile, Neophile

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Yuk Deteksi Sejak Dini! Kenali Gejala Autisme pada Anak untuk Segera Lakukan Intervensi yang Maksimal

25 November 2022   15:09 Diperbarui: 10 Desember 2022   06:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Autisme bukanlah sebuah penyakit tetapi merupakan gangguan perkembangan  komplek yang mempengaruhi perilaku anak. Anak akan menutup diri dari dunia luar dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain, seperti tidak suka pada pelukan dan sentuhan.  Hal ini dapat berdampak buruk apabila autisme pada anak tidak segera didiagnosis. Pada saat anak tumbuh dewasa, mereka akan terasingkan  dan mungkin akan menerima kekerasan atau omongan yang kurang  menyenangkan. Autisme memang tidak dapat disembuhkan tetapi  gejalanya bisa dikurangi hingga dihilangkan. Oleh karena itu, untuk para orang tua dan calon orang tua, yuk simak apa autisme dan gejalanya agar dapat melakukan intervensi dan perawatan yang tepat.

Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total dan tidak mau berhubungan dengan dunia luar. Gangguan autisme sudah banyak dilaporkan belakangan ini. Apabila pada abad ke-19 hanya ditemukan sekitar kurang lebih 10 – 20 anak per 10.000 anak, pada abad ke-20 jumlahnya meningkat. Meskipun tidak ada data yang pasti, menurut Dokter Rudy yang merujuk pada Incidence dari Prevalence ASD (Autism Spectrum Disorder) bertambah 2 kasus baru per  1.000 penduduk per  tahun serta 10 kasus per  1.000 penduduk (BMJ, 1997). Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia yaitu 237,55 juta jiwa dan laju pertumbuhan penduduk 1,14% (BPS, 2010). Dapat diperkirakan terdapat 2,4 juta pasien ASD di Indonesia, dengan penambahan kasus baru 500 orang per tahun.

Namun, dikala ini di Indonesia masih ditemui banyak kasus anak autisme yang terlambat  didiagnosis. Padahal diagnosis autisme bisa dilakukan sebelum anak mencapai umur 3 tahun. Pendeteksian saat dini ini sangat diperlukan untuk dapat segera melakukan upaya semaksimal mungkin dalam mengurangi dampak negatif yang berat pada penyandang autisme.

Mengingat pentingnya untuk melakukan upaya deteksi dari  dini pada anak autisme, maka peran orang tua khususnya ibu yang mendampingi tumbuh kembang anak  sangat dibutuhkan untuk selalu cermat dalam memantau perkembangan anak dan melakukan deteksi dini secara kasar pada anak. Apabila ibu melihat keanehan berupa perbedaan perilaku pada anak yang tidak sesuai dengan  anak-anak lain yang seusianya, maka segera bawa anak ke psikiater/dokter anak agar anak dapat mendapat pemeriksaan dan diagnosa  yang tepat.

Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘aut’ yang berarti diri sendiri dan ‘ism’ yang berarti aliran yang mengarah pada ‘orientasi’ alias arah ataupun keadaan. Maka autisme dapat diartikan sebagai kondisi dimana sesorang yang sangat senang dengan  dirinya sendiri. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner pada tahun 1943. Ia menemukan 11 anak dengan ciri-ciri yang sama, yaitu tidak mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, dan tampak acuh terhadap dunia luar seolah-olah mereka hidup di dunianya sendiri.

Gangguan perkembangan yang memengaruhi perilaku ini berdampak pada kurangnya kemampuan berkomunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, dan gejalanya sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Berikut gejala-gejala pada anak autisme :

Gangguan dalam interaksi sosial

Ciri-ciri yang paling menonjol pada anak autisme adalah ia menghindari pandangan orang lain saat mereka diajak bicara. Kemudian mereka tidak responsif secara sosial, kurang/tidak mampu mengekspresikan emosi dan empati, sangat sensitif pada sentuhan seperti pelukan, dipegang, atau digendong. Anak autisme juga tidak menunjukkan minat kepada orang lain. Semakin anak  tumbuh besar gejala-gejala autisme ini akan semakin tampak.

Gejala gangguan dalam komunikasi

Gangguan dalam komunikasi ini menyangkut komunikasi verbal dan nonverbal. Pada umumnya ketika kita berbicara secara nonverbal kita menggunakan gerakan tubuh atau gesture, sikap badan dan ekspresi wajah. Sedangkan pada anak autisme sangat jarang menggunakan bentuk komunikasi nonverbal  untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Pada komunikasi verbal anak dengan autisme membisu atau jarang berbicara secara spontan. Kalau pun ia mengoceh dapat dipastikan ocehannya tidak dapat dimengerti orang lain dan terkesan aneh. Mereka juga kurang paham terhadap tata bahasa dan pemahaman apa yang dilakukan oleh orang lain. Saat ditanya oleh ibunya mereka cenderung tidak ingin merespon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun