Mohon tunggu...
Kartika Lestari
Kartika Lestari Mohon Tunggu... Wiraswasta - rkartikalestari

Former academician. Entrepreneur. A person to talk. In Kompasiana, my writings focus on sciences, education, living overseas, and traveling.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Cara Jepang Mencegah Banjir, Masuk Bawah Tanah Menuju Laut

19 Desember 2017   17:36 Diperbarui: 19 Februari 2018   10:58 5655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat kampanye Pilkada DKI beberapa bulan lalu, ada satu hal yang menarik yang sebenarnya secara tidak langsung berkaitan dengan bidang yang aku lakukan saat ini, yaitu banjir.

Setelah menyelesaikan studi dengan penelitian di bidang variabilitas iklim tropis, yang lebih banyak berkiprah di masalah teori, empat tahun terakhir ini, aku lebih banyak fokus ke perubahan iklim, mulai dari penyebab hingga efeknya.

Dan memang tidak dipungkiri, bahwa banjir adalah salah satu bencana yang dapat terjadi sebagai efek dari perubahan iklim. Walaupun lebih sulit, ini tidak berarti tidak dapat ditanggulangi.

Saat salah satu cagub berbicara tentang mengalirkan air ke bawah tanah, dan cagub yang lain berbicara tentang mengalirkan ke laut, terus terang aku teringat satu hal. Sekitar 4 tahun lalu, ada obrolan singkat dengan kolega Jepang, saat ada musibah banjir di sebuah negara.

Aku: Di Jepang hampir tidak ada banjir ya...

Kolega: Dulu ada, walau tidak sampai setinggi di ... (menyebut nama negara yang saat itu sedang banjir besar). Tokyo sering banjir saat hujan besar karena angin topan. Hingga kemudian dibuatlah tangki bawah tanah, jadi air tidak meluap di dalam kota.

Aku: Besarkah?

Kolega: Besar sekali. Kalau kamu jalan, mungkin kadang-kadang kamu pernah lihat seperti lubang-lubang kecil kan di trotoar atau jalan ? Nah itu untuk mengalirkan air ke tangki itu.

Karena saat itu kami harus segera menghadiri rapat, maka pembicaraan terhenti dan tidak pernah dilanjutkan lagi. Sebagai gantinya, aku mencari info sendiri tentang hal ini. Dan... semakin jelaslah, apa yang dimaksud dengan tangki itu.

Diterjemahkan dari http://web-japan.org/trends/11_tech-life/tec130312.html, di sini, aku hanya akan tuliskan poin-poinnya, dan juga beberapa gambar yang diambil dari link tersebut. Pada dasarnya, ini adalah sebuah teknologi inovasi, yang bersumber dari sebuah pola pikir "Bagaimana caranya mempercepat aliran air menuju laut?" Seperti apakah?

Sumber: web-japan.org
Sumber: web-japan.org
Ini adalah merupakan kanal bawah tanah yang berlokasi di Saitama, yang digali di 50 meter di bawah tanah, dan dengan kepanjangan 6.3 Km. Fungsi: mengalirkan air dari daerah rawan banjir ke lima pipa raksasa di bawah tanah, untuk kemudian dialirkan ke sungai melalui terowongan bawah tanah yang terhubung ke pipa-pipa raksasa tersebut.
  • Di kanal bawah tanah ini, dipasang 5 tangki (berbentuk seperti pipa) super raksasa dengan panjang 70 meter dan diameter 30 meter. Masing-masing pipa disangga oleh sebuah pilar besar seberat 500 ton.
  • Terowongan penghubung dibuat di 50 meter di bawah tanah, berdiameter 10 meter, mempunyai panjang 6.3 Km dan terhubung ke semua pipa raksasa, dan berujung ke sungai.
  • Sebelum berakhir di sungai, terowongan ini akan melalui tangki pengontrol. Tangki ini memiliki panjang 177meter, lebar 78 meter dan berada di 22 meter di bawah tanah. Atapnya ditahan oleh 58 pilar dengan ketinggian 18 meter dan berat masing-masing pilar 500 ton. Salah satu fungsi tangka ini adalah untuk mengontrol kekuatan air dan juga menyesuaikan tekanan air saat ada masalah dengan pompa air.
  • Dengan kanal ini, air dapat dibuang ke sungai dengan hingga 200 kubik per detik (ini adalah sekitar semua air dari 25-meter kolam renang). Dengan kecepatan ini, maka air akan cepat dialirkan ke sungai untuk selanjutnya menuju ke laut.

Kanal bawah tanah ini dibangun oleh Jepang, karena daerah Kanto memiliki populasi sangat tinggi dengan area yang terbatas, sehingga sulit untuk membuat kanal besar di permukaan tanah, dan mereka membangun kanal bawah tanah.

Kanal bawah tanah ini mulai dibangun tahun 1992 dan selesai tahun 2006 (sekitar 14 tahun), yang merupakan pekerjaan gabungan dari 6 perusahaan dan kontraktor, dengan dana sekitar US$2,6 billions. Dan tentu saja, kanal bawah tanah ini juga ditunjang oleh kondisi sungai yang baik, di mana aliran lancar karena tidak ada sampah dengan lebar sungai normal, sehingga air dapat lancar mengalir ke lautan.

Bagaimana dengan Jakarta? Satu hal yang pasti, Jakarta tidak dapat menunggu 14 tahun. Hal yang paling realistis dan segera dibutuhkan saat ini adalah bagaimana kita dapat menyelesaikan kanal-kanal yang telah ada untuk segera terhubung ke sungai terdekat dan mengembalikan fungsi sungai sebagaimana mestinya.

Dan jika, kalau pun suatu saat, kanal bawah tanah akan dibangun pun, paling tidak poin-poin pendukungnya (sungai bersih, lebar sungai normal, kanal-kanal telah terhubung dengan baik) telah siap untuk itu.

Referensi (artikel dan gambar): http://web-japan.org/trends/11_tech-life/tec130312.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun