Bullying atau penindasan adalah perilaku yang dilakukan seseorang dengan tujuan menyakiti orang lain baik dalam bentuk fisik, verbal maupun nonverbal hingga dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan mental pada korban penindasan. Maraknya kasus ini sering kali diangkat dalam banyak platform berita, dan acara talkshow dalam rangka mengedukasi dampak dari perilaku buruk ini.Â
Baru-baru ini sebuah kasus pembullyan seorang pelajar SMA bernama Lee Hyunseob, 17 tahun, di Korea tengah hangat dibicarakan karena petisi yang dibuat orang tua korban. Petisi ini dilakukan untuk mengangkat kasus ini ke publik dengan harapan agar pihak kepolisian dapat melakukan investigasi dengan baik hingga kasus ini terungkap.
Pada 27 Juni, Lee Hyunseob, mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari gedung sekolahnya. Hal ini disebabkan pembullyan yang dilakukan oleh temannya sendiri.Â
Kronologinya berawal dari sedikit kesalahpahaman antara dia dan teman-temannya. Teman-teman Hyunseob menyebarkan rumor tentangnya melalui sosial media dan juga sekitar sekolah, meski hingga saat ini belum diketahui pasti rumor apa yang beredar tersebut. Hyunseob bersekolah di boarding school, sehingga dia tidak ada pilihan lain selain tinggal bersama siswa lain yang mempercayai rumornya.
Sebenarnya pihak sekolah dan guru yang mengajar di sekolah tersebut mengetahui tentang kejadian ini. Bahkan beberapa siswa diketahui telah melaporkan kejadian tersebut namun sayangnya pihak sekolah dan guru tidak menganggapnya serius dan tidak memberitahukan kejadiannya kepada orang tua Hyunseob.
Dua minggu sebelum kematian Hyunseob, salah satu kakak kelasnya secara tidak sengaja menyaksikan Hyunseob tengah menyakiti diri sendiri dan dia mencoba menghentikannya.Â
Setelah itu, dia juga memberitahukan kepada wali kelasnya tentang kejadian Hyunseob; dengan harapan wali kelasnya akan memberitahu wali kelas Hyunseob atau orang tua Hyunseob. Namun, tidak ada tanggapan lebih lanjut dan cerita mengenai kejadian tersebut tidak tersampaikan.Â
Selain itu, Hyunseob telah mengemukakan apa yang dialaminya, sehari sebelum kejadian dia berkonsultasi dengan gurunya tetapi sang guru tetap tidak menganggapnya serius atau menginformasikan orang tuanya mengenai situasi ini.
Hyunseob sendiri telah mencoba segala cara untuk memperbaiki keadaan, namun tidak adanya dukungan dari sekitar terutama para orang dewasa yang terlalu tidak menganggapnya serius membuat Hyunseob berakhir mengambil keputusan ekstrem dengan mengakhiri nyawanya sendiri. Orang tua Hyunseob menuturkan, putra mereka adalah sosok yang cerah dan ceria sedari kecil.Â
Wali kelas sd dan SMP Hyunseob pun mengungkapkan hal yang sama. Mereka begitu terkejut saat mendengar berita ini karena mereka menganggap Hyunseob bukanlah seseorang yang dengan mudah mengambil keputusan untuk bunuh diri.
Orang tua dari korban telah melaporkan siswa-siswa yang menyebarkan rumor dan menyarankan agar sekolah segera menginvestigasi insiden ini secara menyeluruh. Namun, sekolah tidak bersedia melakukan penyelidikan atas masalah tersebut.Â
Hal ini yang mendorong orang tua Hyunseob membuat dan menyebarkan petisi di media sosial, dan saat ini petisi tersebur telah ditandatangani oleh lebih dari 300 ribu orang. Dikabarkan kejadian ini bukanlah pertama kalinya di sekolah, sebelumnya ada banyak insiden lain yang serupa.
Akhirnya, penyebab situasi ini adalah kompleksitas hubungan manusia. Selain itu kelalaian sekolah dan ketidakmampuan untuk mengatasi situasi stres membuat masalah menjadi lebih buruk. (cr.@iris_hj_258)
Kasus Hyunseob mulai diinvestigasi segera setelah sekolah secara resmi menerima dan memproses kasus tersebut sesuai dengan prosedur yang berlaku. Saat ini polisi Yanggu, Korea Selatan, telah menggugat 4 siswa tersangka dengan tuduhan melanggar undang-undang kesejahteraan anak. karena polisi menganggap masalah ini merupakan masalah yang serius, maka kasus ini dipindah ke unit investigasi ‘Pemuda Wanita’ kantor polisi Gangwon untuk diselidiki.
Dari kejadian di atas kita jadi tahu bahwa bullying berdampak fatal pada mental seseorang yang menjadi korban bullying. Korban bullying akan merasakan emosi yang tidak stabil pada dirinya sendiri hingga depresi yang mengakibatkan keputusasaan. Keputusasaan ini yang mendorong korban bullying untuk melukai diri sendiri dan yang paling fatal yaitu mengakhiri hidupnya.Â
Maka dari itu mari kita lebih peka terhadap sekeliling kita dan bersama-sama menghentikan bullying. Mulai saat ini tunjukan dukunganmu pada sesama, selalu gunakan kata-kata yang baik, belajar bersikap empati, dan jangan takut untuk melaporkan tindakan bullying yang terjadi, sehingga kita dapat mencegah adanya bullying di sekitar kita.
Putri Ayu Sian Mega Utami
Rkyan Antari
Anandita Putri Nugraha