Mohon tunggu...
Putri Jayatri
Putri Jayatri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Semesta senang sekali bercanda. Ia mendatangkan suka tanpa aba-aba, lalu meninggalkan luka dengan tiba-tiba.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lentera di Kala Gelap

11 Juli 2021   11:34 Diperbarui: 11 Juli 2021   13:25 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini terasa begitu sunyi ditemani rembulan yang begitu cantik menampakkan wujudnya,  namaku Rasya Hanifa, yang kulakukan saat ini hanya duduk menatap langit gelap yang membuatku seakan hanyut dalam lamunan, terlintas dalam benakku untuk hidup jauh lebih maju, ingin memiliki pendidikan tinggi agar bisa membanggakan kedua orang tuaku, mengingat ekonomi keluargaku yang serba kekurangan, dan Universitas Negeri yang berkali-kali kerap menolakku, hal itu hampir membuat diriku menyerah.

Semua rencana baikku seketika saja terhambat karena orang tuaku tidak memberikan restu, sempat terlintas olehku untuk bekerja sambil menjalani kuliah agar meringankan beban mereka, dengan begitu setiap kebutuhanku dapat terpenuhi serta bisa melanjutkan pendidikan hingga menjadi seorang sarjana.

Malam berganti pagi, rembulan berganti mentari, aku berniat membicarakan keinginanku untuk melanjutkan pendidikan kepada Ibu dan Bapak, aku sudah bisa menebak apa reaksi keduanya jika mendengar niatku ini, namun tidak ada salahnya juga mencoba sekali lagi.

"Rasya mau bicara, Bu, Pak. sebenarnya.... Rasya berniat untuk melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah, itupun jika Ibu dan Bapak menyetujuinya," ujarku sangat berhati-hati. Tak berani aku menatap mata dari keduanya, aku hanya menundukkan kepala dengan penuh harapan.

"Untuk apa Nak? Kamu kan tau kita ini miskin untuk makan saja susah apalagi biaya pendidikanmu itu," sahut Ibuku, sepertinya Ibu kurang setuju jika aku memilih melanjutkan pendidikanku.

"Apalagi biaya universitas swasta tidaklah murah, kamu ini anak perempuan untuk apa berkuliah kalau nantinya menikah dan mengurus suami di rumah," sambung Bapakku membuat wajahku kini berubah datar, mendengar itu bukannya nenyurutkan harapanku tetapi justru membuat tekad ku untuk berkuliah semakin bulat, aku ingin buktikan bahwa aku bisa menjadi seseorang yang sukses, karena perempuan juga bisa berprestasi agar tidak selalu direndahkan menjadi manusia lemah.

"Ingat Nak, Bapakmu ini kan hanya bekerja sebagai tukang kebun, gajinya tidak seberapa, mana cukup untuk membiayai pendidikanmu itu," kata Ibu, hatiku terenyuh mendengar perkataan Ibu.

"Besok aku ada panggilan interview disalah satu pusat perbelanjaan, doakan semoga lancar," kataku.

Aku beranjak mempersiapkan pakaian apa yang akan aku kenakan saat interview nanti, ketika sudah siap aku pun beranjak untuk tidur.

Pagi hari tiba, setelah berpamitan aku berangkat untuk interview kerja, aku pergi dengan menggunakan transportasi umum berupa angkot, untung saja pagi ini tidak begitu macet jadi bisa sampai tepat waktu.

Aku yang telah selesai interview langsung mendapat pengumuman bahwa aku diterima dan sudah bisa bekerja pada hari ini, tak lupa aku hubungi orang tuaku untuk mengabari bahwa aku sudah diterima bekerja dan pulang malam hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun