Mohon tunggu...
Puteri Renata
Puteri Renata Mohon Tunggu... Editor - Mpudh

Founder Komunitas Sahabat Literasi/Direktur SL Books/Mentor Kepenulisan Self Healing/Penulis Novel

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mengapa Ramadhan Terasa Lama Saat Kita Masih Kecil, Fenomena Apa yang Terjadi Sebenarnya?

3 April 2023   05:56 Diperbarui: 3 April 2023   06:58 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jika saya bandingkan, Ramadhan saat saya masih kecil dan saat sekarang, benar-benar terasa berbeda. Dahulu saat saya masih kecil, menjalankan ibadah puasa dan menunggu kedatangan hari raya idul fitri terasa sangat lama bahkan lambat melewati hari demi hari, jam demi jam, menit demi menit, dan detik demi detik. Namun, saat ini menjalankan ibadah puasa terasa sangat cepat, seperti baru kemarin puasa hari pertama ternyata sudah memasuki puasa seminggu lebih.

Namun, saya mempelajari dan mengingat bagaimana hal itu bisa berbeda rasanya, mungkin sama saat kita menunggu tanggal gajian, waktunya sangat lambat. Namun, saat mendekati tanggal pembayaran cicilan, justru waktu terasa sangat cepat.
Atau mungkin saat kita mendatangi tempat yang belum pernah kita kunjungi, perjalanan itu akan terasa sangat lambat, tapi saat kita pulang dari tempat tersebut justru terasa sangat cepat sampai ke rumah.
Atau saat waktu menunggu jodoh alias pasangan hidup, rasanya lama sekali. Bahkan, saya merasa saat ini tidak mau lagi terlalu menunggu biar jodoh yang mendekati saya dan tidak melewati saya (Apa sih, jadi curhat ngalor-ngidul) :p

Oke, kembali kepada mengapa waktu ramadhan saat ini terlalu cepat.

Pertama, kemungkinan karena kita sudah dewasa dan disibukkan dengan berbagai hal. Dahulu, kita sibuk menunggu waktu berbuka puasa dan menunggu datangnya hari raya. Yang mana, setiap detik nya kita sudah bayangkan betapa nikmatnya makanan berbuka dan betapa indahnya hari raya mengenakan baju beduk alias baju lebaran, ditambah betapa menyenangkan saat kita mendapat uang dari kakek-nenek-kerabat-keluarga, dan masih banyak lagi hal yang menyenangkan saat idul fitri. Dan saat dewasa, justru kita seakan dituntut memenuhi itu.
Memenuhi tanggung jawab kita sebagai bos yang membayar THR karyawan ataupun pembantu rumah tangga. Tanggung jawab kita sebagai orangtua yang harus memberikan baju lebaran untuk anak-anak, kue-kue lebaran yang harus terpenuhi agar tidak malu saat tetangga atau keluarga berkunjung, menyisihkan uang baru yang tidak sedikit untuk dibagi kepada keponakan dan anak-anak tetangga yang berkunjung, dan berbagai hal yang membuat kita sebagai orang dewasa memilki tuntutan dan tanggung jawab yang berbeda saat kita masih kecil, bahkan pemenuhan makanan berbuka yang layak untuk anak-anak. Terbayang, bukan? Beban menjadi orang dewasa yang berbeda jauh saat masih anak-anak dan itulah salah satu hal yang membuat ramadhan terasa cepat dan hari raya terasa makin dekat.

Kedua, saat dahulu kita tidak mempunyai gadget. Yang mana, kegiatan menunggu berbuka diisi dengan kegiatan bermain bersama anak-anak tetangga. Setelah shalat subuh di masjid biasanya saya pulang ke rumah untuk mengaji minimal 1-2 halaman Al-Qur'an. Lalu, ada anak tentang yang menjemput untuk jalan-jalan pagi dan melihat petasan, biasanya saat itu kita akan melihat para remaja yang penuh dengan ketengilan, ada yang senang melihat gebetannya, senang saat digoda dengan petasan, dan berbagai hal lainnya. Setelah itu, biasanya kami akan duduk dan mengobrol hingga pukul 09.00 pagi, kemudian mandi dan istirahat. Lanjut setelah shalat dzuhur, saya kembali mengaji 1-2 halaman lagi, karena setiap habis shalat saya biasakan mengaji agar bisa khatam qur'an 30 juzz. Setelahnya, saya menonton di rumah tetangga sinetron lorong waktu, dilanjutkan dengan telenovela amigos x simpre, lalu kami bermain congklak, monopoli, ular tangga, Scrabble, Nyanyi-nyanyi sambil membaca lirik lagu yang sudah kami tulis di buku tulis (itupun kami dapat dengan cara yang tak mudah, kami biasanya mematikan tape, mendengar dengan jeli suara penyanyi, lalu menyalakan lagi, seperti itu hingga lirik lagu dari kaset tape terkumpul), banyak hal lain lagi yang dilakukan saat menunggu waktu berbuka tanpa gadget, bahkan kami sumbangan untuk masak-masak bersama agar bisa berbuka puasa bareng dengan teman-teman. Setelah berbuka, kami biasanya shalat di rumah masing-masing, lalu tarawih di masjid yang diisi dengan ragam canda anak-anak remaja, lalu dilanjutkan dengan tadarus bersama di masjid.

Ketiga, karena waktu sekolah diisi dengan hal yang berbeda dari waktu biasanya. Saat saya masih kecil, di sekolah kami tidak belajar terlalu banyak, waktu diisi dengan kegiatan ramadhan, seperti kultum ataupun ceramah, pengajian, pesantren kilat, bahkan saat presidennya adalah almarhum Gusdur, anak-anak sekolah full di rumah karena sekolah diliburkan. Betapa makin lama waktu ramadhan itu terasa, bukan?
Tapi, rasanya sungguh berbeda suasana saat dengan sekarang ini.

Kemungkinan banyak hal lagi yang membuat ramadhan saat waktu kecil terasa lama dan suasananya begitu berbeda dari saat ini.
Namun, kembali lagi. Semakin dewasa kesibukkan sudah memenuhi isi kepala, pikiran sudah campur aduk dan menyebabkan kita tidak fokus untuk sekedar menunggu adzan maghrib.

Yang kita tunggu bukanlah saat lebaran menggunakan baju baru lagi, bukan?
Namun, apakah kita bisa pulang kampung?
Apakah setelah lebaran kita akan tetap baik-baik saja menjalani hidup ini.

Semoga kita semua selalu mengisi hal baik di bulan suci ini, ya....!!

Nikmatilah hari ini.
Karena hidup untuk sekarang, kenangan dahulu adalah waktu yang sudah kita tinggalkan, dan masa depan hingga tuhan menjemput kematian adalah kenyataan yang sudah akan kita jalani nantinya.
Jangan sampai kita sia-siakan ramadhan yang terasa sangat cepat ini kita lewati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun