Mohon tunggu...
Putri EssaDianti
Putri EssaDianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - manusia selalu berproses

Guyy! Salam Kenal

Selanjutnya

Tutup

Nature

Potensi Bukan Prediksi Terkait Bencana di Selatan Jawa

29 Juni 2021   18:40 Diperbarui: 29 Juni 2021   20:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gempa adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Sementara, tsunami adalah gelombang air laut yang bergerak ke daratan sebagai akibat dari adanya gerakan spontan dari dasar laut. Gempa dan tsunami tentu sangat berkaitan, setelah adanya gempa pasti akan ada potensi untuk terjadi atau tidaknya tsunami. Gempa dan tsunami dapat terjadi di belahan bumi manapun, termasuk Indonesia khususnya Jawa Timur. Hal inilah yang beberapa saat lalu di informasikan oleh BMKG.

 Informasi akan terjadinya gempa berkekuatan 8,7 SR dan tsunami sekitar 26-29 meter di perairan selatan Jawa menyebar setelah adanya webinar “Kajian Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur” yang diadakan pada 28 Mei 2021. Informasi yang diusung sebagai kajian agar pemerintah Jawa Timur menyiapkan langkah mitigasi bencana sejak dini ini, lantas membuat masyarakat gaduh dan panik. BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menjelaskan terkait informasi tersebut bahwasanya informasi tersebut merupakan pemodelan matematika untuk mengukur potensi gempa terkuat dan tinggi maksimum yang bisa menyapu Jawa Timur sehingga menghasilkan analisis tersebut.

Ibu Dwikorita Karnawati mengungkapkan “Apa yang kami sampaikan ini potensi, bukan prediksi. Artinya, belum ada kepastian karena ilmunya belum sampai ke kepastian.” Jadi, informasi yang beredar tersebut merupakan potensi bukan prediksi yang berarti belum adanya kepastian akan terjadinya dan ini merupakan hasil analisa dari para pakar gempa yang menyatakan ada tren peningkatan aktivitas kegempaan.  Pemahaman masyarakat yang menganggap ini merupakan prediksi itu salah, Karena ini hanya potensi yang dikelurkan oleh BMKG agar pemerintah Jawa Timur bisa bekerja sama mensosialisasikan  hal ini.

Sejak beberapa ratus tahun lalu, Jawa Timur memang sering diguncang gempa. Kekuatan gempa ini tentu mengalami penurunan dan peningkatan, hal ini dikarenakan pergerakan dan pergeseran lempeng yang setiap saat bergerak sekitar 7 mm per-tahun. Pergerakan lempeng dapat terjadi karena adanya kekuatan atau lipatan-lipatan. Pergerakan tersebut bisa diprediksi oleh BMKG yang kemudian mengeluarkan peringatan akan terjadinya gempa atau biasanya BMKG juga mengatakan terkait potensi tsunami atui tidak setelah adanya gempa.  

Jawa Timur memang memiliki catatan mengenai keaktifan kegempaan yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Sejak tahun 1936 hingga 1972 saja sudah ada 9 gempa bumi yang merusak atau menimbulkan kerugian besar. Tentu setiap tahunnya, keaktifan ini berganti-ganti kekuatannya. Sedangkan untuk tsunami, Jawa Timur pernah mengalami sekitar 6 kali dan yang terakhir 2 Juni 1994. Dari sejarah dan data yang terekam, BMKG melakukan pemetaan terkait wilayah Jawa Timur Hasilnya ada beberapa wilayah yang berpotensi mengalami genangan tinggi akibat tsunami, yaitu Pantai Teluk Sumbreng di Trenggalek (22 meter), Pantai Popoh di Tulungagung (30 meter), Pantai Muncar di Banyuwangi (18 meter), Pantai Pancer di banyuwangi ( 12 meter), Pantai Teluk di Pacitan (22 meter),  Pantai Pasirian di Lumajang (18 meter), dan Pantai Tempursari Lumajang (18 meter). BMKG juga melakukan verifikasi ke lapangan sehingga mengetahui seberapa besar pemerintah daerah (PEMDA) menangani kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami raksasa atau megathrust di Jawa Timur.

Adanya pemetaan dan pemodelan tersebut, masyarakat diharapkan waspada dan jangan panic. Pemerintah daerah bisa berkoordinasi dengan BMKG dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) agar melakukan sosialisasi dan mitigasi bencana di wilayah Jawa Timur. Sehingga nantinya, jika kemungkinan potensi gempa dan tsunami terjadi masyarakat mampu dan siap untuk proses evakuasi guna menyelamatkan diri dari bencana ini. Pemasangan sensor dan alat deteksi bencana juga harus benar-benar relevan agar data yang dianalisa bisa akurat dan benar adanya. Dalam pemasangan sensor dan deteksi ini BMKG memegang bagian hulu dan bagian hilir dikelola oleh pemerintah daerah. Dengan adanya koordinasi yang baik membuat proses mitigasi berjalan dengan baik. Selain itu, masyarakat juga harus aktif dalam mencerna informasi yang ada agar tidak terprovokasi berita hoax yang menimbulan kepanikan serta masyarakat dapat membangun bangunan tahan gempa yang kokoh agar ketika terjadi goncangan tidak runtuh atau menimbulkan kerugian yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

Shalihah Nur Fitriatus. 2021. Hari Ini dalam Sejarah:Gempa dan Tsunami Jawa Timur, 222 

           Orang Tewas. https://www.kompas.com /tren/read/2021/

           091500365/hari-ini-dalam-sejarah—gempa-dan-tsunami-jawa-

            Timur-222-orang-tewas?page=all (diakses pada 22 Juli 2021 pukul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun