Mohon tunggu...
Putra Tente
Putra Tente Mohon Tunggu... Dosen - Aktivis sosial

Mengamati dunia politik Indonesia terkait desentralisasi/otonomi daerah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Klaim Islam Mayoritas Hanya Lips Service Belaka

30 Januari 2023   00:11 Diperbarui: 25 Oktober 2023   13:05 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh : Putra Tente.

Tulisan ini diawali pembahasan jaman azali dan para mazhab sebagai dasar pemikiran.
 
Jaman azali atau titik awal sebelum segala sesuatu ada atau diciptakan atau disebut sebab pertama, kemudian bergulir mengikuti aras kehidupan menuju titik selanjutnya yaitu jaman penciptaan atas segala sesuatu disebut era sebab kedua atau era lanjutan yaitu era dunia fana. 

Diskursus terkait sebab pertama dan lanjutan atau tentang penciptaan alam semesta berserta mahluk ciptaannya adalah ruang kosong sebagai garis batas hak dan pengetahuan dimiliki manusia dalam menjelaskan keberadaan Tuhan", bagi manusia bertauhid proses penciptaan alam makro cosmos dan mikro cosmos adalah Sunahullah, tidak ada keraguan atas perihal itu, juga telah dipertegas dalam kita suci dan sabda Nabi (hadist), napak tilasnya masih terjaga terpelihara dalam banyak kitab salah satunya kitab paling tersohor "Al kutub Al Sittah" dikenal sebagai (enam kitab) buah pena intelektual muslim "Iman Safi'i".  Hingga saat ini masih menjadi pegangan dan landasan dasar bagi pelaksanaan syariat islam bagi Asunah waljamaah, bahkan telah menjadi konsensus dan ijtima para pemimpin mazhab dan pedoman, rujukan utama bagi umat islam yang hidup dibawah kolom langit dan diatas bumi Allah.

Konsensus atau kesamaan sikap dan pandangan para pemimpin mazhab justru tidak terjadi dilevel grass roots (pengikut), faktor penyebab berkembangnya paradaban umat yang mendorong muncul tafsir-tafsir beragan, perbedaan tafsir inilah yang berbuah fanatisme buta dan saling mengangkangi dan meronrong sosial cultur, tradisi, budaya berbeda (Bineka), selain itu,kapasitas ilmu dalam men-ta'wil sumber-sumber utama (kitab suci & hadist) kerap menghadirkan kesalah pahaman dalam intra entitas islam, lebih jauh dipertajam oleh perbedaan sikap politik antara stakeholders agamawan,intelektual tradisional dan para intelektual organik, masuk dalam pusaran politik praktis pragmatis hasil kontruksi aktor politik dan politisi, semakin membuat jarak (berier) intra umat islam. 9 abad lalu Ibnu Rushyd pernah mengatakan "Jika ingin membodohi orang bodoh maka bungkuslah sesuatu yang batil dengan agama". 

Apa yang dikemukakan Ibnu Rushyd benar adanya dan terjadi hari ini.

Membicara kemajuan peradaban islam kita mengenal "Bani Abasiyah" penguasa mesopotamia wilayah pusat peradaban islam paling masyur, kemasyuran, kemegahan masopotamia tak mampu bertahan lama dan pun begitu perubahannya sangat cepat karena maraknya konflik politik internal kesultanan yang menyeret umat islam, faktor lainya benturan budaya yang berbeda karena adanya diaspora entitas sosial dari beragam terutama datang dari Alexandria (turki dan persia bahkan eropa)  kemudian berasimilasi secara perlahan-lahan kemudian membentuk intimasi sosial baru yang mengikis lokal wisdon baik tatanan nilai, tradisi,budaya kehidupan entitas bangsa arab baik sosial, ekonomi dan politik-nya, begitu pun perilaku para cendekia, intelektual maupun tokoh keagama mengalami pasang surut dalam hubunganya hinggsa berujung saling bantai karena beragamanya kepentingan politik dan tuntutan politik kepada kelompok dominan (penguasa) yang tak mampu diakomidir sehingga agamawan dan para Intelektual islam menginginkan perubahan radikal atau drastis untuk mengimbangi kemajuan ilmu penbetahuan barat yang sedang naik daun, namun penguasa abasyiah tak mampu menjawab dari banyaknya tuntutan terutama tuntutan dari kelompok islam konservatif yang menghadaki kembali pada kehidupan Nabi dan para kulafau rasidin sedangkan kelompok cedekiawan, intelektual islam moderat (wasyatiah) lainya menginginkan perubahan secara bertahab yaitu menginginkan kemajuan islam rahmatan lilalamin dengan kemajuan ilmu pengatahuan.

Sehingga pola hubungan antara entitas sosial dan penguasa islam mengalami kurang harmonis dan berlangsung lama, diperparah oleh kebijakan dan bijaksana diambil oleh penguasa yang tanpa disadari terus berkendang turit mengerus peradaban islam memunculkan konflik baru bukan saja konflik yang melibatkan penguasa dan rakyatnya tapi juga antara turunan dinasti pun terjadi, antar pangeran saling baku bunuh dan begitupun para intelektual islam saling tuding-menuding bahkan ada yang saling mengkafirkan satu sama lain, sehingga kemerosotan moral, baik otoritas, para tokoh agama dan intelektual berlangsung secara turun-temurun hingga berlumuran darah dan bergelimang air mata (Edward Laurence)

Sejarah intoleran intra islam terekam jelas jejaknya dalam sejarah dan tercatat dalam banyak kitab klasik mau kitab abad pertengahan seperti kitab Almukadimah (Ibnu Khaldun) kitab ini mengulas sejarah dan peradaban islam seperti pelurusan sejumlah jadist palsu dan konflik politik era para sahabat (kalafau rasydin) era Umayah dan Abasiyah, dua dinasti dianggap kejam sesama sesaudara- bapak dan anak saling baku-bunuh hanya demi meraih dan mempertahankan kekuasaan.

Bahkan sikap intoleran intra islam terus mengalir hingga hari ini dan tidak ada menunjukan tanda tanda kearah rekosiliasi justru dapat dikatakan semakin menjadi-jadi.

Statemen Islam moyoritas hanyalah "lips service" atau hanyal dibibir saja, tidak dalam nalar, batin maupun tindakan atau perbuatan, sikap plural umat islam bukan saja ditunjukan pada sikap & tindakan politik saja, akan tetapi perbedaannya sudah merangsek masuk pada ranah doktrin pengagungan terhadap entitas dan  tokoh agamawan masing-masing entitas misalnya :

Muhammadiyah,Nahdatul Ulama, Al Irsad, Persis,Salafi,Ihwanul Muslimin, Histbuz tahrir, JAD-JI dan masih banyak lagi seperti Ahmadiyah dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun